We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Pahlawan Negara by Sarjana

Chatper 438
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 438 Membunuh Dalam Hitungan Detik

“Minggir sana,” kata Titus dengan acuh tak acuh tanpa menghentikan langkah kakinya.

Perlahan tapi pasti, dia melangkahkan kakinya menuju ke arah area pengawasan.

“Huh! Kamu bahkan nggak menanyakan namaku?”

Kilatan tajam melintas di mata Vincent. Sikap meremehkan Titus benar–benar sudah menyulut

amarahnya.

“Aku nggak perlu tahu nama orang mati.”

Saat ini, jarak antara Titus dan Vincent hanya tersisa sepuluh langkah saja.

Vincent mengangkat pisau bajanya dan menunjukkan aura membunuh yang kuat. “Ehl Sebelum kamul mati, aku beri kamu satu kesempatan untuk menanyakan namaku

Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Titus yang sebelumnya masih berjarak sepuluh langkah darinya, tiba–tiba muncul tepat di hadapannya!

*Syuuu!”

Dia langsung mengayunkan pedangnya yang sudah patah itu.

“Kamu ….”

Seperti melihat hantu, Vincent membelalak tidak percaya.

Sebelum dia sempat mengucapkan kata kedua, lehernya sudah ditebas dan kepalanya jatuh ke tanah seperti bola yang terjatuh ke tanah.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Tubuh tanpa kepala Vincent berdiri selama dua detik.

Hingga darah dari lehernya muncrat keluar, tubuhnya baru terjatuh ke tanah!

Menyaksikan pemandangan itu, pemimpin penembak jitu yang berada disisi kiri tembok langsung

tercengang.

Di tengah kegelapan malam, dia hanya bisa melihat ada seseorang yang sudah tewas di tempat.

Dia tidak tahu apakah orang yang terbunuh itu adalah Titus atau Vincent, majikannya sendiri.

Hingga saat dia melihat Titus lanjut berjalan ke depan dengan membawa pedangnya, dia baru mengerti orang yang terbunuh dalam hitungan detik itu adalah Vincent!

Untuk sesaat, dia bahkan tidak tahu apakah dia harus mengeluarkan perintah kepada para bawahannya untuk menembak mati Titus atau tidak.

Setelah berpikir sejenak, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Billy untuk menjelaskan situasi

saat ini.

“Vincent sudah mati?!”

Begitu mendengar laporan itu, ekspresi Rohan yang berada di ujung telepon langsung berubah menjadi pucat pasi.

Saat dia mendengar Titus hanya mengeluarkan satu jurus untuk menebas leher Vincent, dia makin tersentak.

Vincent bukan orang biasa, dia adalah ahli bela diri nomor satu di antara semua anak buah Billy!

Saat Billy sedang menempuh perjalanan untuk menjadi seorang raja preman, kontribusi Vincent sangatlah besar.

Bahkan, di seluruh dunia preman Provinsi Denpapan, dia mendapat julukan “Vincent si Pencabut Nyawa“.

Namun, Titus malah bisa membunuhnya dengan mudah!

Kekuatan Titus benar–benar di luar bayangan Billy.

Billy yang selama ini selalu tenang dalam menghadapi apa pun, saat ini mulai menunjukkan ekspresi gelisah.

“Tembak dia sampai mati!” perintah Billy dengan dingin.

Kalau Titus tidak mati, dia tidak akan bisa menjalani hidupnya dengan tenang.

Rohan segera menyampaikan perintah dari majikannya.

‘Baik, Tuan Rohan!”

Saat hendak memutuskan sambungan telepon, pemimpin penembak jitu itu kembali mendekatkan ponselnya ke telinganya dan berkata, “Tunggu, Tuan Rohan, seseorang datang lagi!”

“Siapa?”

“Seorang pemuda!”

“Apa mungkin dia adalah Ardika? Bunuh dia sekalian!”

Di lapangan.

Titus menyimpan pedangnya dan lanjut berjalan maju.

“Teknik berpedangmu lumayan bagus.”

Suara acuh tak acuh seseorang terdengar tak jauh dari sana.

Kemudian, sosok bayangan hitam berjalan keluar.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

+15 BONUS

“Ardika?”

Titus menyipitkan matanya, nama Ardika keluar secara spontan dari mulutnya.

Pemuda itu bersembunyi tidak jauh darinya.

Namun, dari awal hingga akhir, dia sama sekali tidak merasakan keberadaan pemuda tersebut.

Dia bahkan sama sekali tidak bisa merasakan aura pemuda tersebut!

Pada akhirnya. Titus mulai berkonsentrasi.

Sebelumnya, saat menghadapi Vincent, dari awal hingga akhir dia sama sekali tidak menganggap serius

orang itu.

“Ya, aku orangnya.”

Ardika berkata dengan santai, “Namamu Titus? Kamu anak buah siapa? Alden atau Billy?”

Sebelumnya, dalam kegelapan, dia sudah mendengar kata–kata yang keluar dari mulut Vincent.

Namun, Vincent tidak menyebut asal usulnya.

Jadi, dia tidak tahu dua belah pihak yang sedang melawan satu sama lain itu adalah anak buah siapa.

“Dengan kekuatanmu, kamu memenuhi kualifikasi untuk berbicara denganku.”

Titus berkata dengan acuh tak acuh, “Hari ini aku datang untuk membunuhmu, membalaskan dendam

Kak Alden.”