Bab 71 Jangan Panggil Aku Si Gigi Emas Lagi
“Kamu sudah tahu?”
Desi menatap Ardika dengan kaget.
“Bu, kemarin pagi Peter mengungkapkan perasaan kepada Luna. Dia kesal karena Luna
menolaknya, jadi setelah mendengar masalah yang menimpa Ibu, aku tahu kalau Peter
mendekatimu agar bisa mendapatkan Luna.”
Setelah tahu bahwa Desi tidak lagi salah paham padanya, Ardika pun merasa lega.
“Ardika, kamu pintar sekali!” puji Luna.
Mendengar ibunya terus memfitnah Ardika, Luna pun sangat marah.
Kali ini Ardika sudah banyak berkorban, dia harus mengungkapkan semua pengorbanan Ardika
agar ibunya tahu bahwa suaminya bukanlah orang yang suka membual.
“Kepintaran dalam hal ini bukanlah apa–apa!”
Tak disangka, Desi malah memelototi Ardika dengan galak dan mengomel, “Ardika, kenapa kamu begitu pengecut? Kenapa nggak langsung mengungkap wujud asli si bajingan Peter itu? Malah
menyulitkan istrimu!”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtLuna tercengang dan membalas, “Bu, jelas–jelas kamu yang terus membela Peter dan
memerintahku. Kenapa kamu malah menyalahkan Ardika!”
Mendengar teguran Luna, Desi menjadi malu dan terus mencoba untuk membela diri.
“Aku ditipu oleh Peter, jelas–jelas
dia tahu kebenarannya malah nggak bilang apa–apa. Kurasa diadendam denganku karena menamparnya kemarin. Dia ingin membuatku malu, dasar pengecut,
licik sekali kamu!”
Ardika pun terdiam.
Jelas–jelas, dia ingin Desi menyelesaikan pesta dengan gembira, jadi memilih untuk mengatasi
masalah ini setelah Desi membanggakan diri di hadapan teman–teman dan tetangga lama.
Sekarang, Desi malah menganggapnya sebagai orang yang licik. Sungguh konyol.
“Kenapa masih diam di sini, cepat pulang!”
Desi memalingkan wajahnya dengan tertekan, lalu mengajak Jacky pergi.
Apa yang bisa dia lakukan selain menyalahkan Ardika?
Bagaimana mungkin seorang ibu mertua meminta maaf pada menantunya?
******
“Ardika, ayo pergi. Jangan ambil hati, ibuku memang seperti ini. Pergilah ke lokasi konstruksi denganku nanti, jangan pulang dulu. Lagian kalau kamu pulang, ibuku pasti akan
mempersulitmu lagi,” kata Luna dengan tertekan.
Saat ini, Ardika menerima pesan dari Jesika
“Pak, Baron baru saja meneleponku, dia bilang dia ingin memberikan Hotel Puritama kepada
Bapak dengan harapan Bapak dapat memaafkannya,”
Baron cukup pandai menyelesaikan masalah.
Dia tidak begitu bodoh hingga mengira Ardika akan memaafkannya begitu saja karena dia dan
Peter sudah meminta maaf.
“Ya, aku mengerti. Kelak, penghasilan dari hotel ini harus dimasukkan ke dalam rekening tersendiri, ini untuk istriku dan keluarganya.”
Pada saat yang sama, di sebuah hotel yang terletak tidak jauh dari Hotel Puritama.
Belasan preman dari berbagai daerah Kota Banyuli yang dikelilingi oleh sekelompok bawahan
berjalan menuju aula paling mewah dengan angkuh.
Begitu melihat Jinto, pria tertinggi di tengah kerumunan berkata dengan kesal, “Gigi Emas,
bukannya kamu bilang kamu sudah memesan tempat di Hall Utopia Hotel Puritama? Kenapa
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmberubah haluan ke sini? Kami jadi bolak–balik.”
Namanya Romi Tandio, dia adalah kepala preman yang sedang naik daun di Kota Banyuli, tetapi
kemampuannya adalah yang terhebat di antara belasan preman ini.
Jadi, dia sama sekali tidak menghargai Jinto yang sudah lama berkecimpung di bidang ini.
Jinto bangkit sambil tersenyum masam.
“Semuanya, jangan panggil aku si Gigi Emas lagi, kedua gigi emasku sudah dicabut….”
“Wah!”
Melihat gigi depan Jinto yang koson
semua kepala preman berseru kaget.
Mereka semua tahu bahwa kedua gigi emas itu adalah benda yang paling dibanggakan oleh Jinto.
“Tuan Jinto, kamu adalah senior di bidang ini. Siapa yang berani mencabut gigi emasmu? Aku nggak mendengar adanya kemunculan tokoh hebat belakangan ini!”
Semua kepala preman keheranan.
Bahkan Romi yang diakui sebagai preman paling kejam pun kaget. “Orang ini lebih kejam dariku.
Sayang sekali, harusnya aku yang mencabut kedua gigi depanmu, nggak disangka ada yang selangkah lebih cepat daripada aku.”
Jinto mendengus dingin. Dia tahu bahwa Romi sudah lama ingin merampas jabatannya.
+15 BONUS
“Aku nggak ingin menyembunyikan hal ini dari kalian. Tuan Ardika–lah yang mencabut gigiku. Meskipun dia nggak berkecimpung di dunia preman, jangan meremehkan dia. Kita nggak akan sanggup menanggung konsekuensi dari menyinggung orang besar sepertinya.”
+15 BONUS
Bab 72 Memblokir Lokasi Konstruksi