We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bab 675
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 675

“Kenapa kamu takut? Saya tidak malu.” Elan sepertinya tidak peduli dan dia ingin semua orang melihat

mereka!

Tasya hanya bisa membiarkan melakukan apa yang Elən mau. Lagipula, harus Tasya akui kalau laki–laki ini memang

bermuka tebal.

“Apa kamu lelah? Apa kamu mau dipijat oleh suamimu?” tanya Elan dengan berbisik.

“Saya baik–baik saja! Saya senang bekerja,” jawab Tasya sambil menoleh dan memandang mata Elan yang

berbinar penuh rasa antusias.

Elan sangat senang saat dia melihat betapa senangnya Tasya. Lalu, dia berkata, “Kamu bisa bekerja selama yang

kamu mau. Tapi, jangan terlalu memaksakan dirimu.”

Tasya pura-pura mendengus dan menjawab, “Saya tahu, saya tahu! Jangan khawatirkan saya!”

Elan pun melepaskan pelukannya dan melangkah dua langkah ke belakang lalu menatap Tasya dari ujung kepala

hingga ujung kaki.

Tasya merasa sedikit malu saat Elan memandanginya seperti itu karena dia merasa seolah Elan sedang

mengagumi sebuah karya seni. “Kamu lihat apa?

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Elan tersenyum dan berkata, “Pakaianmu membuat pikiran saya memikirkan hal–hal liar.”

Tasya langsung memicingkan mata dan menatapnya. “Jangan lakukan hal aneh di kantor.”

Ketika Elan mendengarnya, dia hanya tertawa terbahak–bahak. “Apa itu berarti saya bisa melakukan apapun yang

saya mau kalau kita pulang?

Tasya tidak tahu harus menjawab apa, jadi dia hanya menatapnya dengan rasa malu sekaligus jengkel, tapi hatinya

senang saat tahu Elan begitu menginginkannya. Lalu, dia berkata dengan lirih, “Kita lihat saja nanti.”

“Apakah Mason mencarimu?” tanya Elan sambil menarik sebuah kursi lalu duduk dengan anggun sambil

menyilangkan kakinya yang jenjang dan ramping.

Saat itulah Tasya sadar alasan Elan mengunjunginya. Apakah dia cemburu?

Bagaimana bisa seseorang bisa dengan mudahnya cemburu?

“Iya, kami berbincang sebentar,” jawab Tasya jujur.

Saat Elan mendengar jawabannya, matanya terlihat cemburu. “Kalian berdua membicarakan apa?”

“Dia ingin saya memberikan kontrak iklan pada adiknya. Saya setuju.”

Elan mengedipkan mata saat dia mendengarnya. “Oh, begitu.”

Lalu, Tasya berdiri, menutup jendela, lalu berjalan mendekati Elan dan duduk di pangkuannya.

Meskipun Elan senang saat Tasya berinisiatif untuk melakukan ini, tetap saja itu membuatnya terkejut.

Tangan Tasya melingkar di kepala Elan saat dia menunduk dan mencium bibirnya. Tasya sudah mempelajari sedikit

teknik dari Elan dan sekarang, dia ingin membiarkan Elan merasakan sendiri teknik yang sudah dia

ajarkan pada Tasya.

Elan menikmati ciumannya dan dia memeluk pinggangnya. Tasya berhenti sejenak saat Elan sedang haus akan

ciumannya, lalu berbisik di telinga Elan, “Kamu tidak perlu cemburu lagi, sayang. Selain dirimu, tidak

ada orang lain di hati saya.”

Ini membuat Elan terkejut dan dia memicingkan matanya saat Tasya menatapnya penuh rasa sayang. Lalu, Elan

memeluknya erat dan berkata, “Baiklah, saya tidak cemburu. Saya tidak akan cemburu lagi.”

Saat Tasya hendak beranjak dari pangkuannya, Elan langsung menahannya. “Kamu mau pergi setelah

menggoda saya?

Pipi Tasya merona karena ciuman yang dia berikan, tapi laki–laki itu tidak melepaskan pelukannya.

Dalam sekejap, Elan meraih belakang kepala Tasya dan menciumnya dengan penuh gairah.

Rasa sayang Elan padanya semakin lama semakin bertambah saja.

Saat itu, Maya ingin memberikan dokumen penting pada Tasya, jadi dia bergegas masuk tanpa mengetuk

pintu.

Dia terkejut saat melihat apa yang sedang terjadi, dan seketika wajahnya memerah karena merasa malu, lalu

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

bergegas pergi dari sana.

Adegan di dalam ruangan itu bukan untuk anak muda!

Tasya mendorong tubuh Elan menjauh dan Elan pergi dengan tatapan penuh rasa puas.

Saat Maya kembali, bibir Tasya tersenyum dan berkata. “Jangan beritahu siapapun apa yang baru saja terjadi.”

Maya, tentu saja, tidak berani melakukannya! Tapi, sepertinya dia sudah berubah pikiran tentang Tasya yang kini

jadi lebih tegas.

“Saya tidak berani melakukan itu. Jangan khawatir, Bu Tasya,” jawab Maya serius.

Sementara itu, di rumah sakit…

Salsa keluar untuk membeli buah untuk Ayahnya. Dia baru saja kembali dan sedang bergegas menuju pintu masuk

saat dia mendengar suara Ayahnya yang terdengar cemas dari balik pintu. “Tolong jangan beritahu Salsa apapun

tentang ini. Jangan membuatnya stres karena ini.”

“Tapi, pihak bank terus menekan kita. Kalau kamu tidak membayarnya, kamu tidak akan punya pilihan lain. Kita

harus cari jalan keluar!” ujar Tiara sambil menghela napas.

“Kita lihat dulu apa yang kita butuhkan. Kalau tidak ada lagi yang bisa saya lakukan, saya rela dipenjara dua

tahun,” ujar Donni.

“Kamu tidak bisa melakukan itu. Apa yang harus saya lakukan kalau kamu pergi? Keluarga Yulius tertarik dengan

Salsa dan mau membayar utang–utangmu. Bagaimana kalau kita biarkan Salsa..