Bab 681
Saat Elan hendak bangun, Tasya memeluk lehernya. “Kalau begitu, kita tidak perlu memakainya.”
Elan seketika mengerti apa maksud Tasya dan terkejut karenanya. Lalu, dia menciumnya dengan lembut dan
bertanya dengan suara serak, “Sayang, apa kamu yakin?”
“Iya!” Tasya sudah berjanji pada Jodi, jadi dia memutuskan untuk mencobanya dan melihat apakah dia bisa
memberikan Jodi seorang adik perempuan saat ulang tahunnya di tahun depan.
Ketika fajar menyingsing, Arya tiba–tiba ingin mengunjungi Ayah Salsa setelah dia terbangun dari tidurnya.
Apalagi, tidak ada sesuatu yang bisa dia lakukan.
Karena memutuskan ini adalah sebuah kejutan, dia tidak memberitahu Salsa tentang kunjungannya. Dia
menggunakan cara lain untuk mencari tahu di mana Donni dirawat. Apalagi, dia sudah menguasai perusahaan
keluarga Anindito.
Untuk menghindari Meila, Arya pergi sekitar pukul 10:00 pagi dan langsung menuju ke rumah sakit karena para
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtpengawalnya sudah membelikan hadiah lebih dulu, jadi dia langsung pergi ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Donni dan keluarganya baru saja sampai di pintu masuk rumah sakit karena sopirnya hendak
mengantar mereka ke sebuah restoran untuk makan siang.
Karena Donni tidak bisa berjalan, dia didorong keluar dengan kursi roda.
Saat itu, sebuah mobil pikap melaju ke arah mereka dan laki–laki yang keluar dari mobil pikap itu adalah Choki yang
datang untuk menjemput Salsa. Dengan tubuh setinggi 170 sentimeter dan berat tubuh sekitar 90 kilogram,
badannya dibalut pakaian olahraga dan tubuhnya itu tampak lebih besar dari biasanya.
Pipi dan lehernya hampir menyatu, tapi ini tidak menghentikan Choki untuk menyukai wanita cantik sama sekali.
Dia dan Salsa adalah teman sekelas saat SMP sampai mereka kuliah. Salsa adalah wanita idaman sejak dia masih
muda karena dia cantik. Makanya, Choki selalu bermimpi untuk mendapatkannya.
Bagi orang tua Salsa, mereka berharap kalau Salsa akan diperlakukan dengan baik sepanjang hidupnya. Meskipun
Choki sedikit gemuk, dia berasal dari keluarga kaya, jadi anak perempuan mereka akan hidup enak nanti.
“Ayah, Ibu, biarkan Paman Gito mengantar kalian ke restoran dulu. Nanti kami akan menyusul kalian,” ujar Salsa.
“Baiklah, kalau begitu kami akan berangkat dulu.”
Lalu, dia mengikuti Choki masuk ke dalam mobilnya. Choki bersikap layaknya seorang laki–laki. “Salsa, ini adalah
hari yang bahagia bagi kita. Ayo, kita beli hadiah untukmu.”
“Kita makan dulu saja,” tolak Salsa. Dia tidak menginginkan apapun dari Choki.
“Nanti kamu akan jadi istri saya dan sudah sepatutnya saya memberimu hadiah.” Lalu, dia bergegas melaju ke
sebuah toko perhiasan. Meskipun Salsa selalu menolak tawarannya, dia tetap memaksanya untuk mencoba sebuah
cincin berlian di jarinya.
Akhirnya, Salsa tidak punya pilihan lain selain mencoba cincin di jarinya. Ini membuat Choki tersenyum sumringah
sampai pipinya yang tembam itu semakin nampak jelas.
“Salsa, kamu sangat cantik hari ini. Apa kamu tahu berapa banyak laki–laki yang mengejarmu waktu SMA dulu?
Sekarang, akhirnya saya bisa menjadikanmu milik saya,” ujar Choki dengan bangganya. Dia sudah memutuskan
untuk menyuap media agar meliput pernikahan mereka. Dengan begitu, dia akan terlihat lebih mengagumkan.
Wanita paling cantik di sekolah sekarang akan jadi istrinya, rasanya luar biasa!
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTapi, Salsa tidak mau menjadi istri yang hanya sebagai simbol status Choki. Dia melihat jam dan berkata, “Sudah
waktunya kita ke restoran.”
Lalu, Choki pun akhirnya membawa mereka ke restoran.
Di koridor rumah sakit, segerombol perawat muda tercengang melihat seorang laki–laki berkemeja putih, yang
sekarang menarik perhatian semua wanita. Dia terlihat seperti seorang karakter dalam sebuah sementara
dua orang pengawalnya tampak dingin dan kejam, penuh dengan aura yang mendominasi.
Arya berdiri di depan pintu kamar. Dia berhenti di luar sejenak sebelum membuka pintu, sambil berharap melihat
wajah Salsa yang terkejut.
Tapi, kamar itu kosong.
Ketika seorang perawat lewat, dia bertanya dengan sopan dengan suaranya yang menawan, “Permisi, apakah
pasien di kamar ini sudah dipulangkan?
Kebetulan sekali, perawat itu adalah perawat yang bertugas di kamar itu, “Pak Donni belum boleh pulang,”
jawabnya buru–buru. “Beliau hanya ingin pergi makan siang. Kalau tidak salah, anak perempuannya bertunangan
hari ini.”
Mendengar kalimat itu, matanya yang gelap seketika tampak kecewa. “Tunangan?