Bab 1269
“Terutama sifat Duke itu begitu naif dan sensitif. Ia juga selalu berusaha menjaga nama baiknya.” Naomi
juga merasa kasihan padanya, “la pasti sekarang merasa begitu sedih dan putus asa…”
“Apa sebenarnya perbuatanku ini salah?”
Tracy merasa begitu bersalah membayangkan Duke yang hancur hatinya.
“Aku rasa tidak.” Paula segera menjawabnya, “Semua ini bukan kesalahan Anda. Yang seharusnya
disalahkan itu adalah Nyonya Besar dan Tamara. Yang satu begitu angkuh, merasa rencananya yang
paling benar. Yang satu lagi begitu nekat menggunakan cara kotor seperti itu.”
“Benar.” Naomi jarang sekali sependapat dengannya, “Terlebih lagi, masalah ini tidak akan mungkin
dapat selamanya disembunyikan. Cepat atau lambat pasti akan terungkap. Kita tidak mungkin terus
menerus dikambing hitamkan.”
“Hm….”
..” Tracy menghela napasnya. “Kuharap Duke bisa sesegera mungkin menerima dan melepaskan
semuanya ini dari pikirannya. Kalau tidak, aku tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.”
“Sekarang kalian berdua tidak tahu bagaimana harus menghadapi satu sama lain. Sepertinya berpisah
adalah jalan terbaik.” Naomi berkata, “Semoga Tuan Besar Louis juga dapat secepat mungkin
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmelepaskan kita.”
“Mereka pasti akan memikirkannya sepanjang malam ini, seharusnya besok mereka akan membiarkan
kita pergi.” Tracy melihat jam tangannya, “Tapi aku khawatir Duke tidak dapat berpikir jernih, jadi
sebaiknya kalian terus mengawasinya, laporkan padaku setiap saat.”
“Baik.”
“Sekarang sebaiknya kalian berdua keluar dan periksa situasinya.” perintah Naomi.
“Baik.” Cecil dan Anne bergegas pergi.
Waktu sudah lewat pukul satu pagi. Para pelayan dan rombongan telah tertidur, sehingga rumah itu pun
sunyi senyap. Namun, karena insiden antara Tamara dengan Duke tadi, seluruh lampu lampu menyala
terang benderang seperti siang hari.
Para pelayan merasa panik, takut terjadi masalah.
Eva dan para pelayan lainnya sedang menyibukkan diri, namun Cecil dan Anne tidak mengetahui apa
kesibukkan mereka.
Mereka ingin pergi memeriksa kamar tidur utama, namun dicegat oleh pelayan lainnya, sehingga
mereka terpaksa kembali.
Mereka hanya mendengar suara dua pelayan yang tengah berbisik: “Tuan Besar dan Nyonya Besar
sedang bertengkar. Kita harus lebih berhati–hati, jangan memancing amarah mereka.”
“Tuan Muda Duke mengunci dirinya di kamar, sama sekali tidak mau membukakan pintu. Ini benar–
benar mengkhawatirkan. Apa mungkin terjadi sesuatu?”
“Hah, ini benar–benar kacau...”
“Tuan Muda, Tuan Muda, tolong bukakan pintunya, supaya kami dapat membantumu mandi dan
berganti pakaian.” Eva mengetuk pintu kamar Duke dengan hati–hati.
Namun, tidak ada tanggapan dari dalam.
Sedangkan, dari kamar tidur utama sebelah, terdengar suara ‘prang‘ yang begitu nyaring.
Fincent mengamuk dan melemparkan gelas anggur dari tangannya, lau berteriak dengan marah, “Kamu
benar–benar pembuat masalah!”
“Aku kenapa?” Maggie masih merasa tidak ada yang salah dengan perbuatannya. “Aku melakukan
semuanya ini demi Duke. Agar pernikahan ini dapat berlangsung secepat mungkin, aku terpaksa
merencanakan semua itu. Siapa yang menyangka Tamara, wanita jalang itu...”
Mengungkit Tamara, amarahnya meluap kembali. Ia menggertakkan giginya dan berkata, “Benar–benar
seekor serigala berbulu domba. Tidak disangka selama ini kita menyimpan barang murahan sepertinya
dalam keluarga kita.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Bukannya dia kerabat baikmu?” Raut wajah Fincent memucat menahan amarah. “Semua yang kamu
sebut rencanamu itu tidak hanya telah merusak rencana pernikahan mereka, tapi malah merugikan
semua pihak. Kamu telah menyakiti anak kita. Apa kamu menyadarinya?”
“Aku juga menyesalinya...” Hati Maggie terasa sakit memikirkan putranya, “Anak itu terlalu keras kepala.
Lagipula, pria juga tidak dirugikan oleh masalah semacam ini.”
“Apa kamu tidak menyadari kalau anakmu itu seseorang yang begitu sentimental?” Fincent bertanya
dengan kesal, “Sekarang kamu mau bagaimana?”
“Aku akan pergi menghiburnya.” Maggie bangkit berdiri.
“Aku baru saja pergi melihatnya. Sekarang ia mengurung dirinya dalam kamarnya, tidak mau keluar
sama sekali. Aku khawatir ia tidak akan mau menemui siapapun.” Fincent kembali dipenuhi amarah,
“Kamu benar–benar tidak dapat mengerjakan sesuatu dengan benar, selalu membuat kekacauan. Aku
sudah menyuruhmu untuk tidak ikut campur, tapi kamu tidak pernah mau mendengarkan.”
“Apa gunanya sekarang kamu memarahiku?” Wajah Maggie semakin muram, “Lebih baik kamu pikirkan
bagaimana menyelesaikan semua ini.”
“Semua masalah ini akibat ulahmu, dan sekarang kamu malah menyuruhku memikirkan solusinya?”
Finchent berkata dengan penuh kebencian, “Coba kamu pikir sendiri, bagaimana kita mengatasinya?”