Bab 1761
Jody sangat marah hingga raut majahnya memerah. Saat hendak bicara, Lorenzo sudah membuat gerakan
tangan, lalu Jasper langsung menyuruh orang untuk menyeretnya keluar.
“Tuan, dengarkan saya. Tuan ...."”
Jody masih ingin menjelaskan dengan panik, tapi dengan cepat suaranya sudah menghilang.
“Sudah puas?” Lorenzo menatap Dewi.
“Bagus.” Dewi menyunggingkan senyumnya, “Oh ya, aku katakan dulu, aku mau minta biaya pengobatan
sebesar 200 milyar. Tidak masalah, ‘kan?”
“Tidak masalah.” Lorenzo menjawab dengan lugas, “Tapi, kalau kamu tidak bisa menyembuhkanku dalam waktu
setengah bulan, maka aku akan mengambil nyawamu!”
Suaranya tenang dan jernih, tapi membawa aura dingin yang sangat mengerikan.
“Bertaruh 200 milyar dengan nyawaku?” Dewi bukan hanya tidak takut, tapi malah tertawa bangga,
“Kelihatannya nyawaku cukup bernilai!”
Lorenzo tidak bicara, hanya menatapnya dengan diam.
Ini adalah wanita pertama yang sama sekali tidak takut padanya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Salah, dia orang kedua.
Wanita yang menyanderanya dengan pisau di Kasino Flames adalah orang pertama!
Menarik!
“Maksudku, uang itu dalam dolar.” Dewi menambahkan, “Demi jaminan, kalian berikan cek senilai 200 milyar
dolar padaku dulu. Lagi pula, aku ada di tempatmu, tidak akan bisa kabur!”
Lorenzo sudah kehilangan kesabaran, dia mengerutkan keningnya dan berekspresi dingin.
“Aku akan mengurus hal itu.” Jasper buru-buru maju untuk mengurus masalah itu, “Ayo, kita bicarakan di Juar.
Oh ya, siapa namamu?”
“Aku ...."” Dewi berpikir sebentar, lalu asal bicara, “Tuan Dewi!”
“Hali??” Jasper masih mengira dirinya salah mendengar, “Kata dari mana itu?”
“Gabungan dari Tuan Besar dan Dewa Agung....”
Jasper langsung memberikan cek senilai 200 milyar dolar kepada Dewi, lalu kembali ke ruang kerja.
Pada saat ini, Lorenzo masih membaca dokumen sambil minum teh. Jasper maju dan menuangkan teh untuknya,
lalu berkata dengan hati-hati, “Tuan, apakah bocah tomboi itu bisa?”
“Bisa menyembukan luka dirinya sendiri dalam waktu yang begitu singkat, serta dengan obat-obatan yang
terbatas, dia pasti memiliki kemampuan medis yang cukup hebat. Apalagi, dia tidak takut pada ular hijau
| ETB
Lorenzo terus memperhatikan Dewi. Setiap hari perawat yang berada di sisi Dewi selalu melaporkan setiap
gerakan gadis itu pada Jasper.
Awalnya dia mengira Dewi hanya menguasai sedikit ilmu medis. Namun, hari ini melihat Dewi bermain dengan
gembira bersama ular hijau, dia pun yakin bahwa gadis itu bukanlah orang biasa.
“Ini sungguh di luar dugaan.” Jasper juga merasa terkejut, “Ular kecil bertumbuh besar dengan berendam racun,
sekujur tubuhnya penuh dengan racun. Kami bahkan tidak berani mendekat.”
“Awasi dia dengan baik.” pesan Lorenzo.
“Baik.”
Jasper mencari bahan obat sesuai perintah Dewi.
Begitu melihatnya, Dewi langsung mengernyit, “Bahan-bahan obat ini kurang bagus. Semuanya bahan jelek
yang tidak lolos seleksi. Efek obatnya tidak akan terlalu berkhasiat.”
“Kalau begitu, aku akan pergi mencari lagi.”
“Tidak perlu.” Dewi berkata dengan lugas, “Bahan obat herbal memang sangat jarang di sini, sangat sulit
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmenemukan obat-obatan yang bagus. Selain itu, kamu tidak menyiapkan semua bahan yang kuminta. Meskipun
hanya kurang satu bahan, khasiatnya akan berbeda sangat jauh.”
“Kalau begitu, harus bagaimana?” Jasper bertanya dengan panik.
“Sebaiknya pergi ke Negara Nusantara.” Dewi berkata, “Bahan-bahan obat herbal yang bagus ada di
Nusantara.”
“Tuan masih ada urusan, untuk sementara tidak bisa ke sana.” Jasper sedikit kesulitan, “Bagaimana kalau aku
menyuruh orang untuk mengirim bahan obat dari Negara Nusantara?”
“Kalau kamu yakin bisa mendapatkan bahan obat yang bagus, itu juga boleh. Tapi, harus cepat.” Dewi melihat
kalender, “Lebih lama satu hari, masalahnya akan bertambah serius. Aku lihat lukanya sudah mendekati ginjal.
Kalau memengaruhi fungsi organ itu, aku tidak bertanggung jawab.”
“Ugh...”
Jasper sangat terkejut hingga wajahnya pucat, lalu buru-buru melaporkan hal ini pada Lorenzo.
Begitu mendengarnya, Lorenzo juga langsung emosi, “Segera suruh orang untuk mengantar bahan obat
kemari.”
“Baik!”
Pada hari-hari selanjutnya, posisi Dewi naik melesat dalam sekejap, dari pasien terluka yang dibawa pulang ke
rumah, menjadi tabib pribadi Lorenzo.
Tidak peduli ke mana pun dia pergi, pasti ada orang yang menyapanya dengan hormat, “Halo, Tuan Dewi!”