Brandon yang Sering Dipukuli
Kali ini, semua orang tidak berani bergerak. Mereka semua memandang Lorenzo.
Lorenzo mengerutkan kening dan hendak berbicara. Dewi memelototinya dengan marah, “Kenapa? Kata-kataku
tidak ada gunanya?”
Hati Lorenzo dipenuhi amarah, tapi masih mengertakkan gigi dan mengangguk, “Ada!”
“Lepaskan.” Dewi berteriak.
Jeff dan yang lainnya pun mundur.
Brandon terbaring di lantai seperti kura-kura yang terbalik, menatap Dewi dengan linglung....
Apa yang terjadi?
Kenapa sohibnya ini tampak seperti pemilik tempat ini?
“Bawa kotak obat ke sini.” Dewi langsung memerintahkan Kelly.
Kelly memandang Lorenzo dengan takut.
Lorenzo tidak menanggapi. Jasper memberi isyarat, dan Kelly buru-buru berkata “baik”, lalu bergegas
mengambil kotak obat.
Dewi mengobati luka Brandon dengan tangannya sendiri di hadapan Lorenzo.
Tindakan itu, sangat intim.
Mata Lorenzo hampir menyemburkan api, terus memelototi Brandon.
Brandon meliriknya dengan lemabh, lalu buru-buru menarik pandangannya. la gemetar karena
gugup.
Keringat terus mengalir di dahinya, bercampur dengan darah.
“Kenapa kamu berkeringat begitu banyak?”
Dewi menyeka keringatnya dengan handuk basah,
Tangan Lorenzo yang memegang cangkir sedikit mengencang “Prang”, cangkir itu langsung pecah berkeping-
keping....
Brandon sangat ketakutan hingga hampir mati.
Dewi mengerutkan kening, berbalik menatap Lorenzo, “Kembalilah ke kamarmu.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Lorenzo menoleh dengan ekspresi tidak percaya. Beraninya wanita ini memerintahnya??
“Aku bilang kembali ke kamarmu.” Dewi menendangnya, “Aku akan kembali sebentar lagi.”
Kalimat terakhir, diucapkan dengan nada yang lebih lembut.
Meskipun Lorenzo tidak senang, dia tetap menurutinya.
Sebelum pergi, dia memelototi Brandon dengan tatapan seperti ingin memakannya.
Brandon ketakutan hingga gemetar.
Dewi mengobati luka Brandon, dan berkata padanya dengan suara rendah, “Sudah selesai. Sekarang, aku akan
menyuruh seseorang untuk mengantarmu ke Hotel Alila, bertemu Bibi Lauren. Patuh dan berhentilah membuat
masalah”
“Dewi, kamu tidak pergi bersamaku?”
Brandon buru-buru menariknya, takut dia akan menghilang.
“Aku...” Dewi berpikir sejenak dan menjawab dengan serius, “Aku tidak pergi. Kalian tidak perlu
mengkhawatirkan aku.”
“Kalau begitu, masalah pengobatan
“Kami akan terbang ke Kota Bunaken besok untuk mengurus masalah pengobatan.” Dewi menyelanya dan
berkata dengan penuh arti, “Kamu bekerjalah dengan baik. Jangan khawatir tentang hal lain.”
Maksudnya adalah, kamu rawat panti asuhan dengan baik. Jangan peduli dengan urusanku.
“Kamu ini, benar-benar ingin bersama dengannya?
Ketika Brandon mengatakan ini, dia melihat sekeliling dengan lemah.
Lebih dari selusin pasang mata menatapnya, seolah berkata, jika kamu berani menghasut nyonya kami pergi
lagi, kami akan menghabisimu.
“Ya.” Dewi mengangguk dan berkata sambil tersenyum, “Sekarang, aku adalah nyonya di rumah ini. Apa kamu
tidak lihat? Mereka semua menurutiku.”
“Sepertinya iya...”
Brandon memang menemukan bahwa tidak hanya orang-orang ini yang menurutinya, bahkan Lorenzo si iblis itu
juga menurutinya.
Sekarang, sobatnya ini sudah jadi orang hebat.
Sepertinya, dia tidak akan menderita kemanapun dia pergi, karena dia bahkan bisa menaklukkan
Lorenzo Moore!
“Pergilah.” Dewi menepuk pundaknya dan mengingatkan Jeff. “Antar dia sampai tempat tujuan. Kalau terjadi
sesuatu, aku akan meminta pertanggungjawabanmu.”
“Baik, Nona Dewi.”
Jeff menundukkan kepalanya dan menerima perintah. Bersikap hormat sama seperti pada
Lorenzo.
“Kamu harus jaga dirimu dengan baik. Kalau kamu diusik atau putus, ingat beri tahu aku....”
Brandon menasihati dengan tidak rela.
“Tidak ada yang berani mengganggu nyonya kami. Ayo cepat pergi.”
Jeff langsung mengangkat Brandon dan menyeretnya ke dalam mobil. Takut dia akan berkata
omong kosong lagi, memicu amarah tuannya.
Brandon masuk ke dalam mobil, menjulurkan kepalanya ke luar jendela dan berteriak, “Hei, sobat, jangan lupa,
lakukan operasi secepat mungkin. Selesai operasi, kabari keadaanmu....”
“Banyak omong!!!” Jeff memutar matanya, “Tidak heran sering dipukuli!!!”
3/3
uan yang Malang
Dewi berdiri di depan pintu, memperhatikan mobil Jeff pergi.
Setelah mengantar Brandon pergi, dia pun sudah menyelesaikan satu masalah....
Nola telah membuat camilan malam, ia bertanya pada Dewi ingin makan di kamar atau di ruang. makan. Dewi
merasa perutnya sedikit tidak enak, berterima kasih padanya, lalu naik ke atas.
Kembali ke kamar, begitu pintu ditutup, sepasang tangan yang kuat memeluknya’dari belakang...
“Aaa...”
Dewi terkejut. Saat hendak menoleh ke belakang, Lorenzo menciumnya dari belakang dan mendorongnya ke
dinding. Membuatnya tidak bisa melawan.
Wl Mos™
Dewi tidak bisa bergerak sama sekali. Hanya bisa menerima dengan paksa ciuman dari Lorenzo yang tidak
terkendali.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Dia seperti binatang buas. Dengan aura yang tak tergoyahkan, menyerangnya dengan kuat, ia pasti akan
memilikinya malam ini....
Dewi meronta beberapa kali, lalu tidak bergerak lagi. Tubuhnya terkulai lemas di pelukannya, membiarkan dia
merabanya.
Lorenzo meniru penampilan dalam film cinta, mengangkat roknya dan ingin menyerang. Pada saat ini, dia tiba-
tiba menyadari sesuatu, buru-buru menghentikan gerakannya
“A... apa ini?” Lorenzo buru-buru melepaskan Dewi dan menatapnya, “Kamu terluka?”
“Apa?” Dewi menatapnya dengan bingung.
“Kenapa ada darah di bokongmu?”
Lorenzo mengangkat tangannya. Tadi dia menyentuhnya, lalu menemukan ada darah.
“Eh...” Dewi tersipu dan bergegas ke kamar mandi.
“Wiwi, kamu baik-baik saja?” Lorenzo lekas mengerjarnya dan bertanya, “Perlu panggil dokter?”
“Tidak perlu!”
Dewi benar-benar ingin mencari lubang di lantai dan masuk ke dalamnya. Tadi dia merasa sedikit tidak enak
badan, dan ingin kembali ke kamar untuk memeriksa. Tapi begitu pintu ditutup, dia ditahan dan terus dicium
oleh Lorenzo
1/3
Cepat siapkan pembalut untukku!”
RED
Nola dan kedua pelayan itu membeku.
“Cepat, cepat siapkan.” Nola bereaksi dengan cepat dan mendesak pelayan untuk menyiapkannya, “Dan minta
koki buatkan suplemen penambah darah.”
“Baik.”
Para pelayan bergegas melakukannya.
“Nona Wiwi, aku akan siapkan air mandi. Anda mandilah dengan air hangat. Semuanya akan siap saat Anda
keluar nanti.”
“Terima kasih, Bibi Nola.”
Setelah Nola menyiapkan airnya, dia pun keluar dari kamar mandi, menggelengkan kepalanya dan mendesah,
“Tuan yang malang, sampai sekarang masih perjaka. Duh....”
010