Bab 351 Wajah Selena penuh dengan kebingungan, bahkan sebelumnya saat di kapal Harvey hanya mencium sekilas saja.
Saat Selena menyadari ada yang tidak beres, dirinya sudah jatuh dalam perangkapnya dan tidak bisa melepaskan diri.
Harvey mengepungnya rapat tanpa memberi Selena ruang untuk bernapas.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtMungkin dalam keadaan sadar, Harvey merasa bersalah terhadap Selena. Ada banyak kekhawatiran yang melanda pikirannya sehingga sekarang pikirannya keruh dan bertindak berdasarkan naluri.
Selena mencoba untuk melawan, tetapi sia-sia.
Harvey baru tenang saat mencium aroma yang tidak asing dari Selena.
“Harvey, cukup! Sadar nggak sih, kamu ngapain?” Harvey dengan santainya mengangkat tangan ke atas kepala untuk menghindari serangannya.
Keringat menetes dari dahinya dan tenggorokannya terasa seperti teriris pisau, membuat suaranya terdengar serak. “Seli, aku belum pernah sesadar ini, seperti yang ku katakan, kita bakal punya anak lagi.” Anak...
Selena tidak tahu mengapa Harvey begitu terobsesi dengan topik ini. Saat ini dia hanya ingin kabur.
“Lepasin, Harvey, jangan buat aku membencimu.” “Kalau kebencian bisa jadi ikatan di antara kita, bencilah.” Di dalam ruangan hanya terdapat segaris cahaya yang Byinari tepat pada dagu Harvey.
Wajahnya tersamarkan dalam kegelapan, seperti mawar yang mekar pada malam yang gelap.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmBegitu memesona sekaligus beracun.
Pria itu tertidur lelap dalam keadaan demam tinggi, meninggalkan Selena yang susah payah ke kamar mandi, sebelum kembali untuk memandikan Harvey.
Apabila Harvey merasa ini adalah mimpi, biarlah tetap menjadi mimpi. Selena tidak ingin terlibat lagi dengan Harvey dalam alasan apa pun.
Selena pura-pura pergi, seolah tidak terjadi apa pun. “Dia demam tinggi dan masih tidur.” “Dokter sudah kasih obat, tapi kalau demamnya belum turun juga kasihan.” +15 BONUS Alex melihat kesempatan dan berkata, “Nyonya, Anda nggak tahu bahwa Tuan Harvey selama ini kurang tidur, terutama dalam beberapa hari saat Anda kecelakaan, dia nggak tidur dan terus cari Anda. Tuan Harvey beneran memedulikan Anda.” Selena tidak ingin membahasnya dengan Alex, lalu mengalihkan pembicaraan. “Blarin dia tidur lebih lama, terus lihat apa demamnya bisa turun. Tubuhnya kuat harusnya nggak ada masalah.” Alex hanya dapat diam, rasanya dia seperti bicara dengan tembok saja.
Karena Selena tidak ingin terlibat dengan Harvey, Alex juga tidak bisa memaksa. Tiba-tiba dia mendongak untuk menatap Selena. “Nyonya, kenapa wajah Anda merah? Apa Anda juga demam? Mau pergi ke dokter?” “Nggak, aku baru aja mandi pakai air hangat. Karena dia masih tidur, aku jadi nggak bisa tidur semalaman. Jadi, aku mau pinjam kamar tidur sebelah buat tidur sebentar. Kalau dia bangun, tolong bangunkan aku.” Selena berbicara dengan sangat santai, jadi Alex tidak terlalu memikirkannya.
“Baiklah, tapi kenapa harus bilang padaku? Ini memang rumahmu, bahkan mau tidur seranjang sama Tuan Harvey juga boleh.” Selena berpikir sejenak dan membalas dengan ekspresi dingin. “Jangan lupa, kami sudah bercerai, aku nggak bakalan datang hari ini kalau bukan karena suatu urusan.” Setelah mengatakannya, dia menaiki tangga ke kamar tidur, menarik tirai jendela dan menyelimuti diri dengan ‘selimut.
Walaupun sangat lelah, Selena tidak bisa tidur sama sekali. Setiap kali menutup mata, dia teringat kembali kejadian tadi.
Dia memijat dahinya yang tegang, berharap Harvey hanya menganggap sebagai mimpi, jadi dia akan melupakannya saat bangun nanti.