We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Bab 738
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 738 

Hana mencibir: “Anch tapi langka.” 

“Memangnya kenapa dengan makanan berharga 20ribuan poundsterling?” 

“Kalian sangat kampungan sekali!” 

Vivi tertegun sejenak lalu tiba – uba menggertakkan giginya. “Huhh!! Aku tidak percaya! Itu pasti palsu semuanya!” 

“Semua yang ada di buku menu itu pasti tidak ada. Mereka hanya untuk membual saja.” 

“Kalau begitu hari ini aku harus memesan menu – menu ini. Nanti begitu dihidangkan aku mau melihatnya. Kalau

bukan barang asli, huhh!! Lihat saja bagaimana kalian menjelaskannya nanti!” 

Vivi lalalu mengambil buku menunya dan memesan dengan asal. 

Kemudian Jay juga tidak lagi berteriak ingin makan steak. Dia mengikuti Vivi memesan apa saja yang harganya

mahal. 

Setelah selesai memesan, Vivi dan Jay langsung menatap ke arah pintu. 

Ekspresi keduanya tampak seperti hendak memakan orang. 

Mereka benar – benar merasa tidak puas kalau ada orang yang kehidupannya jauh lebih baik dari mereka. Jadi hari

ini mereka hendak mengungkapkan kepalsuan orang – orang itu. 

Tidak lama kemudian, semua pesanan itu, satu demi satu dihidangkan di atas meja. 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Begitu melihat semua hidangan ini, Vivi dan Jay langsung tercengang. 

Saat mereka berada di luar negeri juga memahami sedikit mengenai menu – menu dan makanan seperti ini. Dan

yang dihidangkan di atas meja semuanya adalah asli dan tidak palsu.” 

Hana mendengus dengan dingin, “Bagaimana? Apa kalian masih mau bilang ini palsu?” 

“Ayo sini, sini, coba cicipi Foie Gras Perancis ini, sangat segar sekali.” 

“Dan abalon Australianya ini dikirim langsung dengan pesawat dari luar negeri.” 

wo 

“Kaviar laut dalam, ayo mari, mari, cicipilah. Makanan ini dihargai sesuai dengan beramya dalam gram. Bagaimana

rasanya?” 

Jay dan Vivi tidak bisa berkata – kata lagi karena mulut mereka sudah penuh dengan makanan. 

Meski mereka sudah lama tinggal di luar negeri tetapi pada dasamya mereka sama sekali belum pernah

merasakan kemewahan seperti ini. 

www 

Hanya kadang – kadang saja teman – teman mereka yang merupakan anak – anak dari keluarga kaya saat

mengadakan acara dan mengundang mereka sehingga mereka bisa mencicipi makanannya beberapa suap tetapi

itupun dalam jumlah terbatas. 

Tidak seperti sekarang, mereka bisa bebas makan apapun yang mereka inginkan secara langsung. 

Tidak hanya itu saja. Mereka juga memesan dua botol Lafite tahun 1982 Jay dan Vivi belum pernah mencicipinya

tetapi Spencer sudah pernah mencicipinya sehingga dia tahu itu adalah Lafite asli begitu dia mencobanya. 

Pada saat ini mereka benar–benar terpana. 

Hanya dua botol Lafite 1982 ini saja harga tagihannya sudah mencapai 100.000 hingga 200.000 dolar. 

Sementara harga makanan lainnya yang sejenis kira kira bisa menghabiskan puluhan ribu dolar. 

Jadi biaya makan mereka disini hari ini akan menghabiskan sekitar 200.000 hingga 300.000 

dolar. 

Jay dan Vivi sejak tadi asyik makan dan tidak punya waktu untuk memikirkan yang lainnya. 

Pada saat ini, setelah mereka hampir selesai makannya baru teringat betapa mahalnya harga harga makanan di

sini. 

Tiba tiba Vivi menarik ujung pakaian Jay dan berkata dengan suara rendah. “Makanan disini sangat mahal. Kalau

nanti keluarga tante kedua tidak mampu membayarnya, berarti… berarti jadi kita yang harus membayarnya

dong?” 

– 

Ekspresi Jay langsung berubah: “Aduhh, iya yah. Itu sangat mungkin terjadi.” 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

“Dulu mama bilang keluarga tante kedua itu sangat miskin dan tidak punya apa – apa di rumahnya.” 

“Dan juga, suaminya itu sangat suka sekali mengambil keuntungan.” 

“Kali ini, mereka pasti sengaja mengajak kita kesini untuk mengetok dompet kita.” 

Vivi langsung panik: “Mana bisa seperti itu?” 

“Ratusan ribu dolar itu sudah hampir mencapari 30 atau 40 ribu pondsterling. Keluarga kita tidak mampu

membayarnya.” 

“Kita harus mencari cara. Atau kalau tidak nanti kita cari alasan saja agar bisa membawa kedua orang tua kita

pergi dulu?” 

Jay mengangguk. Dia merasa ide ini cukup bagus. 

Pada saat ini, Anissa tidak memperhatikan perubahan ekspresi diantara kedua anaknya. 

Dia menatap Reva sambil tersenyum: “Nara, siapa ini?” 

Tadi begitu Nara masuk, dia sudah diejek oleh Vivi dan lupa memperkenalkan Reva kepada mereka. 

Mendengar ini lalu dengan bangga dia berkata, “Tante ketiga, ini Reva, suamiku!” 

“Dia seorang dokter di rumah sakit!” 

Anissa mendorong kacamatanya sambil mengawasi Reva lagi. Matanya jelas – jelas menatapnya dengan tatapan

menghina. 

“Ooh dokter. Memangnya berapa gaji yang bisa didapatkan oleh seorang dokter di negara ini?”