Bab 116 Menjadi Sasaran Cemoohan
Saat duduk di bangku kuliah, mereka sudah mengenal Ardika.
Setelah mendengar ucapan James, orang–orang di sekeliling mereka langsung mengalihkan pandangan ke arah Ardika.
“Tuan Muda Keluarga Mahasura yang dari ibu kota provinsi itu?”
“Pak James, kalian mengenal Tuan Muda Keluarga Mahasura?”
Semua orang menatap James dan yang lainnya dengan tatapan kagum.
Budi merekrut empat orang itu sebagai sekretaris Asosiasi Bahan Bangunan dan
menempatkan mereka di bawah pengawasan Jenny, yang merupakan kepala
sekretaris.
Tugas mereka adalah menjalin relasi dengan para tokoh hebat. Pada saat bersamaan, mereka juga bertugas membantu Budi mengawasi tokoh–tokoh hebat
itu. Boleh dibilang merupakan sebuah pekerjaan yang cukup membanggakan.
Mendengar ucapan orang–orang di sekeliling mereka, Jenny, James dan ketiga pria lainnya pun tertawa.
James mencibir dan berkata, “Tuan Muda Keluarga Mahasura apaan? Dia sudah
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtlama diusir oleh Keluarga Mahasura. Sekarang dia nggak lebih dari seorang pecundang yang mengandalkan orang lain. Tapi, nggak lama lagi Grup Sentosa Jaya
akan hancur. Dia nggak akan punya pendukung lagi!”
Herman berinisiatif memperkenalkan kepada semua orang. “Namanya Ardika. Dia
adalah teman lama kami. Dia nggak lebih dari seorang idiot dan pecundang!”
Ternyata hanya seorang tuan muda yang sudah diusir, mereka mengira pria di
hadapan mereka itu benar–benar merupakan Tuan Muda Keluarga Mahasura.
Orang–orang itu menatap Ardika dengan tatapan meremehkan. Dalam sekejap, ketertarikan mereka pada pria itu langsung hilang tanpa meninggalkan jejak.
Saat ini, Jimmy berkata dengan arogan, “Eh, tunggu dulu, kalian jangan
meremehkannya. Sebenarnya, teman lama kami ini punya identitas yang nggak
cult your
1/3
biasa. Di Kota Banyuli, nggak ada seorang pun yang nggak tahu!”
“Oh? Dia masih punya identitas apa?”
Begitu mendengar ucapan itu, orang–orang yang tadinya sudah berencana membubarkan diri langsung menghentikan langkah kaki mereka.
“Kalian pernah dengar tentang menantu idiot Keluarga Basagita, ‘kan? Istrinya
adalah Luna, wanita cantik yang sangat terkenal di Kota Banyuli!”
Kali ini, orang yang angkat bicara adalah Yudis.
Beberapa orang pria itu seolah–olah sedang bergiliran untuk menceritakan tentang
Ardika.
Semua orang langsung melemparkan sorot mata meremehkan ke arah Ardika.
“Aku pikir dia punya identitas hebat apa, eh ternyata dia adalah menantu idiot yang hanya menumpang di Keluarga Basagita. Saking terkenalnya, anakku yang baru
berusia beberapa tahun juga mengenalnya.”
“Luna benar–benar buta, aku nggak mengerti kenapa dia memilih untuk menikah dengan orang idiot seperti itu.”
“Aku dengar sebelumnya putra Pak Budi mengejar Luna. Kalau saja waktu itu dia
setuju, dia akan segera menjadi anggota keluarga kaya yang menduduki posisi
puncak. Lumayan juga untuk menaikkan statusnya saat ini yang baru merupakan anggota keluarga kaya kelas dua.”
Orang–orang mulai melontarkan kata–kata cemoohan.
Mereka sangat iri seorang pecundang seperti Ardika bisa menikahi wanita cantik
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmseperti Luna.
“Ardika, kamu harus berterima kasih kepada kami karena sudah
mempromosikanmu secara gratis. Kalau nggak, nggak ada seorang pun di acara ini
yang mengenalmu, keberadaanmu nggak akan disadari di sini. Berbeda dengan kami, para tamu undangan yang menghadiri acara ini sudah mengenal kami. Saat
bertemu kami, mereka akan menyapa kami dengan hormat. Haha ….”
”
Melihat Ardika menjadi target cemoohan orang banyak, James merasa makin
2/3
bangga.
Kala itu, Ardika adalah Tuan Muda Keluarga Mahasura. Semua orang ingin menjilatnya. Namun, waktu itu Ardika sama sekali tidak memedulikan mereka. Sekarang, dia sudah berhasil balas dendam. Jadi, tentu saja dia merasa sangat
senang.
Ardika hanya menghadapi sindiran orang–orang itu dengan santai. Dia tersenyum dan berkata, “Selamat, waktu itu kalian sudah melakukan tindakan yang bertentangan dengan hati nurani. Sekarang akhirnya kalian sudah memetik hasilnya. Kalian boleh menikmati kehidupan yang indah dengan mengandalkan Keluarga Susanto. Tapi sayang sekali, kehidupan indah kalian hanya tersisa satu hari saja.”
Beberapa orang pria itu tidak menyangka, Ardika masih bisa menyindir mereka di
saat seperti ini.
Namun, mereka tidak memedulikan dua kalimat terakhir yang dilontarkan oleh
Ardika.
James mendengus, lalu berkata dengan nada meremehkan, “Ardika, jangan mimpi di siang bolong. Setelah acara hari ini berakhir, Keluarga Susanto akan menjadi keluarga kaya Kota Banyuli yang menduduki posisi puncak. Sedangkan kami sudah bergabung dengan Asosiasi Bahan Bangunan, status dan kedudukan kami juga akan
ikut naik!“