We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bab 1098
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1098 Perlakuan yang Tak Adil

Raisa ingat betapa bingung dan gelisahnya dia saat inereka pertama kali bertemu. Kalau dipikir- pikir, Raisa kini

sudah berubah dari bersikap seperti itu, dan kini selalu merindukan Rendra meskipun mereka tak bertemu kurang

dari satu hari. Sekarang, bayangan tentang bersama. dengan Rendra tak lagi semenakutkan kalau dia sarma sekali

tak bisa bersama Rendra.

Raisa ingin mengirimkan pesan pada Rendra, tapi dia tidak ingin mengganggunya di jam sekarang ini, karena tahu

kalau Rendra mungkin masih bekerja.

Saat itu, dia mengeluarkan foto–foto mereka, yang diambil saat mereka berjalan–jalan sambil cuci mata saat

berbelanja. Raisa terus memperbesar foto–foto itu dan mengingat sosok Rendra dari foto itu. Seketika, pipinya

merona dan gejolak membara yang terasa aneh muncul bersamaan dengan jantungnya yang berdegup kencang.

Tanpa sadar, ingatan saat bibir Rendra mencium. bibirnya dengan penuh gairah, seketika terngiang–ngiang di

benaknya.

Dia membenamkan dirinya di balik selimut, tersipu malu, dan merasa kalau terlalu lama memikirkan hal itu adalah

hal yang berbahaya.

Keesokan paginya, Raisa pergi bekerja lebih awal biasanya. Dia kembali segar setelah beristirahat di akhir pekan,

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

tapi seketika dia seperti tersambar petir datang ke kantor dan sadar kalau hasil dari penilaian mereka sebelumnya

sudah keluar.

Dia bergegas mencari namanya di daftar, dan jantungnya serasa mau copot saat tahu kalau dia gagal. Dia yakin

kalau rasa tidak suka Valencia padanya adalah penyebab semua ini, atau hasil penilaian memang berdasarkan

perbedaan data dari materi yang dia kirimkan.

“Ah! Saya lulus!” seru Monika bahagia sambil menutup mulut dengan tangannya.

“Saya juga! Apa ada yang gagal?” Inara mengangkat pandangannya dan melihat ke orang–orang satu departemen

yang ada di sekelilingnya. Dia semakin curiga saat melihat wajah Raisa yang gelisah, dan dia terang–terangan

memanggilnya, “Hei, Raisa. Saya mohon, katakan kalau kamu lulus! Lagi pula ini baru penilaian pertama, kan.”

Saat itu, semua orang menoleh ke arah Raisa. Charli adalah satu–satunya orang yang menunjukkan rasa simpati

padanya, sementara yang lain memandangnya dengan tatapan merendahkan. Mereka semua merasa kalau Raisa

layak mendapatkan ini karena berani masuk ke departemen mereka lewat jalur orang dalam. Selain itu, penilaian

ini membuktikan kalau dia tidak kayak ada di sini kecuali karena koneksinya. kalau tidak, dia pasti gagal.

Raisa menerima hinaan itu dan menganggukkan kepalanya. “Iya, sepertinya saya harus bekerja

lebih keras.”

“Dan kalau kamu gagal di penilaian itu, lebih baik pakan saja semua penilaian lainnya,” ujar Inara sinis. Dia

memang tidak pernah menahan perkataannya, meskipun lebih baik kalau dia tidak bermulut tajam. “Kalau saya

jadi kamu, saya akan berkemas dan pulang sebelum saya semakin mempermalukan diri saya sendiri.”

“Inara, tidak bisakah kamu diam sebentar saja?” bentak Charli snapped sambil mengernyitkan keningnya.

“Kenapa?! Apa kita semua harus berhati–hati kalau ada di sekitar Raisa sekarang? Kamu tahu kalau saya benar,”

bantah Inara, lalu mendengus sambil menarik Monika ke arah pintu bersamanya.

Charli menghela napas panjang setelah kedua wanita itu pergi, dan dia bertanya pada Raisa penuh rasa ingin tahu,

“Saya tidak tahu kenapa kamu gagal padahal kamu bekerja dua kali lebih keras dari orang lain. Apa ada sesuatu

terjadi?”

Raisa mengerucutkan bibirnya dan memaksakan sebuah senyuman, lalu berkata, “Sepertinya saya kurang

beruntung saja.”

Sebenarnya, Raisa sedikit kecewa dengan hal ini. Dia sudah melakukan semua penelitiannya dan mengumpulkan

materi yang berkaitan dengan penilaiannya, percaya diri kalau dia akan lulus.

Saat makan siang di kantin, Raisa berbelok ke lorong dan tidak sengaja menabrak seseorang. Raisa mengangkat

kepalanya dan melihat kalau orang itu, tak lain dan tak bukan, adalah Valencia, yang menatapnya dengan tatapan

tajam lalu melewatinya.

“Nona Valencia, bisa bicara sebentar?” tanya Raisa memberanikan dirinya.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Seolah tahu apa yang terjadi, Valencia mengangkat alisnya dan bertanya, “Saya tahu apa yang ingin kamu

bicarakan, tapi apa pun pendapatmu tidak akan mengubah apa pun.” Dengan itu, dia seolah memberi tahu kalau

Raisa bisa bekerja keras siang dan malam demi menebus kegagalannya dan itu tidak akan mengubah apa pun,

karena Valencia tidak akan pernah meluluskan Raisa.

Dia sengaja menahan saya.

“Nona Valencia, saya hanya berharap Anda menghentikan perlakuan yang tidak adil ini pada saya,” ujar Raisa

dengan tenang.-

“Jangan sok begitu, Raisa. Kamu ingin bicara tentang perlakuan adil? Baiklah. Bagaimana kalau kamu

menceritakan hubunganmu dengan Rendra Rendra–lah yang membuatmu bisa masuk ke Departemen

Penerjemahan. Tak diragukan lagi,” cibir Valencia.

Raisa terdiam. Tidak ada lagi yang menutupi kebencian Valencia sekarang.

“Kalau saya jadi kamu, saya akan keluar dari Departemen sekarang, tidak mau berakhir memalukan di situasi

lainnya.” Ada sedikit rasa cemburu di sorot mata Valencia saat dia menatap Raisa dengan tatapan dingin lalu pergi.

Setelah itu, Raisa kembali ke kantor dengan linglung. Dia tidak pernah menyangka kalau dia akan mengalami

masalah seperti ini di tempat kerja. Meskipun dia senang ada di Departemen Penerjemahan, dia tahu kalau dia

tidak akan bisa mendapat kesempatan untuk berkembang kalau Valencia terus licik seperti ini.

Saat dia kembali ke mejanya, Raisa melihat semua orang di sekelilingnya mendapatkan tugas kedua sementara

kotak masuk surelnya kosong. Tidak ada bukti perlakuan tidak adil yang lebih baik dari itu.