Bab 185
“Jadi begitulah keputusannya,” Elan mengumumkan dengan tenang. Namun dari nada suaranya, jelas terlihat
bahwa dia tidak tertarik lagi untuk berpartisipasi dalam pertemuan lebih lanjut, jadi setelah itu dia langsung bangkit
dari tempat duduknya dan pergi.
Begitu dia pergi, semua orang di ruang rapat menghela napas lega. Suasana menegangkan sebelumnya terasa
mencekik.
“Tasya, mari berjuang untuk posisi itu secara adil dan jujur. Jika kamu bisa mengalahkanku, aku akan memberikan
posisi itu untukmu!” Alice tersenyum sinis.
“Aku tidak mau menerima posisi itu karena pemberianmu. Mari kita sama–sama melakukan yang terbaik,” tukas
Tasya dengan dingin
“Selain tiga orang yang namanya dipanggil sebelumnya, yang lain boleh pergi.” Felly meminta mereka untuk pergi,
karena dia ingin berbicara secara pribadi dengan ketiganya.
Dalam tugas kali ini, ketiganya akan bertanggung jawab atas salah satu toko di bawah perusahaan. Siapa pun yang
mencapai kinerja penjualan terbaik pada bulan berikutnya akan dinobatkan sebagai juara. Namun, mereka tidak
diizinkan untuk meminta teman atau anggota keluarga mereka untuk membuat pesanan massal. Hanya penjualan
dari pelanggan murni yang akan diperhitungkan.
“Kalian bertiga inungkin akan berhubungan langsung dengan manajer toko, atau kalian mungkin juga harus
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmengurus toko secara langsung. Intinya, kalian bertiga berhak melakukan apa saja di toko. Total penjualan bulan
depan akan menjadi faktor penentu.”
Mereka bertiga, termasuk Tasya, langsung memilih sebuah toko secara membabi buta. Karena dia telah
memutuskan untuk berpartisipasi dalam kompetisi, dia tidak akan menyerah semudah itu.
“Tasya, aku menantangmu untuk tidak mengandalkan pengaruh Pak Elan dan bersaing dengan kami secara adil
dan jujur.”
“Aku pasti sudah langsung menerima posisi itu sejak awal jika aku memang hanya mengandalkan pengaruhnya,
bukan?” Tasya membantah.
“Tasya, sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan hingga membuat Pak Elan memperlakukanmu dengan sangat
berbeda? Apa mungkin kamu pernah bermalam dengannya?” Alisa mencibir dengan jijik.
Tasya hanya menatap wanita itu dengan dingin tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mendengar perdebatan
mereka, Felly mencoba menengahi situasi. “Hentikan, kita semua adalah
rekan kerja. Tolong berbicara satu sama lain dengan sopan.”
Alisa melemparkan dokumen di atas meja dan menegaskan, “Tasya, aku tidak akan kalah darimul” Setelah itu, dia
meninggalkan ruangan itu dengan angkuh.
Setelah Tasya kembali ke kantornya, dia menerima telepon dari ayahnya, ketika Frans mendengar bahwa Tasya
tidak akan membawa pulanya, dia langsung bertanya, “Kenapa kamu
tidak mau membawa Jodi?”
“Ayah, akan ada banyak orang di perjamuan itu. Aku khawatir Jodi akan berkeliaran ke mana mana. Lagi pula, aku
sudah meminta seseorang untuk menjaganya nanti.”
“Baiklah. Karena kamu sudah mempercayakannya pada seseorang, dia tinggal di rumah saja kalau begitu.” Sejak
kejadian ketika Jodi hilang, Frans tidak mau lalai sedikit saja ketika menyangkut masalah anak itu.
“Dan jangan lupa untuk tampil cantik,” Frans mengingatkan Tasya. Mendengarnya, Tasya langsung memperhatikan
apa yang dia kenakan hari itu. Dia hanya mengenakan pakaian kantor biasa–blus abu–abu dipasangkan dengan rok
ketat, dan sayangnya dia tidak menyiapkan pakaian lain.
Siang harinya, Tasya makan siang bersama Felly. Laporan terakhir yang dia terima menyatakan bahwa cetakan
untuk perhiasan yang dibuat khusus telah diproduksi oleh pabrik. Selanjutnya hanya tinggal mengurus para
pengrajin, dan produk akhirnya akan selesai pada akhir bulan.
Sebuah ambisi akan pencapaian menggelegak di dalam benak Tasya setelah mendengarnya. Dia pun berharap
agar bisa mendatangkan lebih banyak keuntungan bagi perusahaan.
Pukul 15.00, Tasya memanggil Maya ke kantornya. Dia meminta Maya untuk membantunya menjaga Jodi, yang
dengan senang hati disetujui oleh Maya.
Pukul 16.50, Tasya mengantar Maya ke taman kanak–kanak untuk menjemput putranya. Saat dia melangkah ke
ruang kelas, guru perempuan muda itu bertanya dengan heran, “Bu Maya, mengapa Anda ada di sini? Jodi telah
dijemput oleh ayahnya.”
Jantung Tasya berdetak kencang dan dia langsung bertanya, “Tunggu! Apa Anda yakin bahwa ... ayahnya yang
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmenjemputnya?”
Guru perempuan itu mengangguk yakin. “Ya, ayahnya yang datang sendiri untuk menjemputnya.”
“Oh, begitu. Baiklah. Terima kasih.” Setelah itu, Tasya langsung berubah kesal. Ini pasti ulah Elan! Kenapa dia
menjemput anakku tanpa memberitahuku?
“Bu Tasya, apa pekerjaan ayah Jodi?” Maya segera bertanya dengan rasa ingin tahu.
“Uh... Dia bekerja di bidang keuangan.”
“Wow! Keren sekali! Saya ingin melihat seperti apa ayah Jodi suatu hari nanti. Jodi sangat tampan, jadi saya yakin
kalau ayahnya juga pasti sangat tampan!”
Wajah Tasya memerah mendengarnya, lalu dia menjelaskan, “Dia orang yang sibuk, jadi kamu tidak akan bisa
sering bertemu dengannya.” Setelah itu, dia kembali menambahkan, “Maya, aku tidak jadi meminta bantuanmu
malam ini. Kalau begitu, kamu boleh pulang duluan.
Maya mengangguk, merasa sedikit sedih karena dia tidak akan menjaga anak itu malam itu.
Saat Tasya melangkahkan kakinya menuju jalan raya untuk memanggil taksi, dia segera menclepon seorang pria.
Panggilan itu akhirnya diangkat. “Halo.”
“Elan, ke mana kamu membawa anakku pergi?”
“Jodi bilang kalau kamu akan menghadiri perjamuan perusahaan ayahmu malam ini. Karena kamu tidak akan
punya waktu untuk menjaganya, jadi serahkan saja padaku
Previous Chapter
Next Chapter