Ruang Untukmu
Bab 379
“Nenck, saya tidak akan memaafkan apa yang sudah Rully lakukan begitu saja. Saya akan membuatnya membayar
setiap perbuatan yang dia lakukan.” Ujar Elan sambil mengepalkau tangannya. Apalagi, Rully adalah orang yang
membunuh Ibu Tasya.
ng tuamu juga meninggal karena dia. jangan ragu untuk membuatnya membayar atas apa yang sudah dia
lakukan!” Mata Hana berkilat dengan rasa benci. Dia juga membenci suaminya sendiri karena sudah merawat anak
haramnya itu, yang hampir menghancurkan keluarga Prapanca.
Elan berdiri di balkon lantai tiga di kediaman Prapanca. Dia mulai mendapatkan satu demi satu kepingan teka–teki
tentang insiden lama ini. Tapi, tetap tidak ada yang berubah
Ibu Tasya juga mau karena Rully dan ini adalah hal yang tidak bisa diubah lagi.
Elan mengambil ponselnya dan ragu–ragu ingin menghubungi nomor Tasya. Tapi, akhirnya dia mengambil napas
dalam–dalam dan menekan nomor Tasva.
Kalau dia harus mengorbankan hidupnya, dia akan mengorbankannya demi Tasya. Tidak peduli apakah Tasya
membencinya, tapi dia akan mencintainya apapun yang terjadi.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtSetelah makan siang, Tasya menghabiskan waktu dengan anaknya. Dia memeluk Jodi sambil duduk di sofa dan
menonton film kartun. Tiba–tiba, ponselnya berdering. Tasya mengambil ponselnya dan menatap layarnya,
ternyata telepon dari Elan. Tasya bergegas menuju kamar dan mengangkatnya.
“Ada apa?” Suara Tasya terdengar datar.
“Tasya, aku sudah bertanya pada Nenek. Rully berbohong. Nenekku memang menghubungi Walikota, tapi dia tidak
pernah mengancamnya dengan menghancurkan pasar saham. Saat itu, pasar saham memang sudah anjlok dan
Walikota butuh bantuan Nenekku untuk mengembalikan pasar saham. Kebetulan, saat itu aku sedang diculik.
Nenekku sangat khawatir denganku dan tidak bisa fokus pada pasar saham, jadi Walikota berjanji pada Nenek kalau
dia akan menyelamatkanku... Tapi, aku tahu. Meskipun aku mengatakan hal ini, tetap tidak akan merubah apa yang
sudah terjadi.”
Suara Elan terdengar penuh sesal dan rasa bersalah.
“Baiklah, aku percaya padamu, dan aku juga percaya Nenekmu tidak melakukan itu,” ujar Tasya. “Tapi, mulai
sekarang aku tidak mau terlibat dengan keluarga Prapanca lagi. Tinggalkan aku.”
“Kamu tidak mau bertemu denganku lagi?” ujar Elan dengan sedih.
“Iya.”
“Bagaimana kalau aku ingin bertemu denganinu?”
“Tahan saja atau lupakan saja aku,” ujar Tasya kejam.
“Aku tidak bisa menahannya dan aku tidak bisa melupakanmu.”
“Elan, jangan lakukan ini padaku. Kenapa kamu tidak bisa memahami semuanya dari sudut pandangku dan
mengerti diriku? Kalau kamu benar–benar mencintaiku, seharusnya kamu menghargai keputusanku.“.
“Kamu tidak ingin bertemu denganku untuk saat ini atau selamanya?” Tanya Elan.
Pertanyaan itu terdengar seolah menyayat jiwa Tasya.
“Hubungan kita tidak punya masa depan dan aku akan melupakanmu.” Setelah itu, Tasya menutup teleponnya.
Dia tidak sadar kalau matanya perlahan meneteskan air mata.
Sambil berdiri di balkon, hati Elan berkecamuk. Perasaannya terasa sesak. Kalau dia gagal dalam urusan bisnis, dia
masih punya kesempatan untuk melakukannya lagi. Tapi kalau dia tidak berhasil membujuk Tasya untuk
bersamanya, ini jauh lebih sulit dari masalah yang pernah dia hadapi sebelumnya. Meskipun begitu, dia rela
menunggu Tasya, meskipun dia harus menunggu seumur hidupnya. Dia akan menghabiskan sepanjang hidupnya
untuk membalas budi pada tasya.
Minggu itu pun berlalu begitu saja dan Tasya dipanggil ke kantor polisi pada hari Senin untuk dimintai keterangan
saksi. Setelah itu, dia tiba di perusahaan Ayahnya sekitar pukul 10.00 pagi.
Saat dia tiba di kantor, dia bertemu dengan orang yang tidak ingin dia temui–Elsa‘s.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmElsa menyilangkan tangannya dan menatap Tasya dengan tatapan senang. “Ayah bilang kalau sekarang kamu
bekerja di perusahaan Ayah. Sayang sekali, aku juga bekerja disini.”
“Tidak ada yang akan melarangmu.” ujar tasya. Dia hanya berharap agar Elsa tidak membuat Ayahnya dalam
masalah.
“Aku tahu kalau aku tidak diterima disini! Jadi, aku akan datang sesering mungkin. Mulai sekarang, aku akan
memiliki hal yang sama seperti yan
yang sama seperti yang kamu miliki. Aku tidak akan membiarkan Ayah pilih kasih.” Ujar Tasya dengan angkuh.
Frans saat itu sedang pergi dan belum kembali. Dan kebetulan, Romi membuka
pintu dan berpapasan dengan mereka berdua di kantor. Dia terdiam sesaat. Karena dia tidak mau membuat salah
satu dari mereka merasa tersinggung, jadi dia menyapa, “Nona Tasya, Nona Elsa.”
“Apa maksudmu dengan menyapa Tasya duluan baru setelah itu menyapaku? Apa dimatamu aku ini orang
rendahan?” seru Elsa penuh amarah.
Sebenarnya, Romi merasa jengkel dengan Elsa. Baginya, Elsa hanyalah sampah!
Previous Chapter
Next Chapter