We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1794
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1794

“Tuan, Anda demam semalaman, sekarang Anda masih tampak pucat, hal ini kita selesaikan nanti saja, ya?”

“Benar, sembuhkan Iuka terlebih dahulu.

“Diam!!!”

Begitu Dewi melangkah masuk ke dalam kamar, ia langsung mendengar Lorenzo sedang memarahi Jeff dan

Jasper.

Beberapa perawat dan dokter terus membungkukkan badan mereka dan berdiri di samping, tidak berani

bernapas.

“Bantu aku ganti baju.” Lorenzo berusaha keras untuk bangun dari tempat tidur.

Para dokter langsung membantunya berdiri, pelayan-pelayan wanita mengambilkan baju untuknya.

Meskipun Jeff dan Jasper sangat khawatir, namun mereka tidak berani melanggar perintahnya.

“Mau kemana ini?” Hanya Dewi yang berani membuka mulut dan bertanya, nada bicaranya sedikit angkuh,

“Kemarin malam baru saja diobati, lalu demam semalaman. Kalau sekarang keluar, aku tidak bisa menjamin

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Jukamu tidak akan infeksi.”

Lorenzo mendongakkan kepala menatapnya dengan tatapan dingin, “Siapa yang memberikanmu nyali untuk

berkata seperti itu padaku?”

“Aku tahu kamu adalah orang berwibawa.” Dewi sama sekali tidak takut, ia berkata dengan penuh keberanian,

“Tapi, bagi seorang ilokter, sehebat apapun orang itu, akan tetap diperlakukan sama seperti pasien lainnya!”

“777” Lorenzo mengerutkan kening, ia menatapnya seolah sedang bertanya padanya, ‘Kamu sedang

mengajariku?”

“Kenapa menatapku seperti itu?” Dewi sedikit tertekan oleh tatapan matanya, ia memutar pinggangnya, “Kalau

kamu keluar sekarang, itu akan sangat berbahaya, apa urusanmu ini lebih penting dari nyawamu?”

Lorenzo tidak memedulikannya, ia berbalik, merentangkan kedua tangannya dan membiarkan pelayan- pelayan

wanita memakaikannya baju, pada saat yang sama, ia berkata pada Jasper, “Biarkan dia ikut, bawakan kotak

obat!”

“Baik.” Jasper menganggukkan kepala dan berkata pada Dewi, Tabib Dewi, bersiap-siaplah.”

Dewi kehilangan kata-kata, ia sadar, seratus juta dolar memang tidak mudah didapatkan.

Rombongan ini berangkat tanpa sempat menyantap makan siang.

Mempertimbangkan segala macam kemungkinan yang mungkin terjadi, baik itu demam Lorenzo atau cedera

lainnya, kali ini Dewi membawa banyak obat-obatan dan peralatan medis yang sering dipakai, serta kotak

Jarumnya.

Karena khawatir pada Iuka Lorenzo, mobil yang dipakai kali ini adalah sebuah limosin Rolls Royce.

Jasper, Dewi dan Kelly bersama-sama menemani Lorenzo naik mobil.

Setelah di dalam mobil, Lorenzo duduk bersandar pada jok mobil sambil membaca-baca dokumen, meskipun ja

terluka sangat parah, namun tampaknya ia sangat bersemangat,

Dewi duduk bersandar pada jok mobil sambil tidur sejenak.

Jasper melihatnya seperti itu, ia tidak dapat menahan dirinya dan bertanya, “Tabib Dewi, kenapa aku selalu

merasa selain mengobati pasien setiap harinya, kamu selalu tidur sepanjang hari?”

“Hidup dalam ketenangan..” Dewi merasa tidak cukup nyaman tidur bersandar pada kursi, ia lalu berbaring dan

berkata dengan setengah sadar, “Jangan bangunkan aku jika tidak ada apa-apa, aku mau tidur sebentar.”

la langsung tertidur setelah selesai mengatakan itu dan sedikit mendengkur.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Jasper tidak dapat menahan dirinya dan tertawa, “Gadis dengan pikiran yang sederhana seperti ini, aku tidak

akan percaya jika dia memiliki niat buruk, kecuali jika ini semua hanyalah penyamaran, maka aktingnya benar-

benar terlalu bagus.”

Lorenzo tidak menjawab, ia hanya melirik Dewi sejenak, lalu kembali membaca dokumen.

Tidak lama kemudian, ia merasakan sakit kepala yang tak tertahankan, ia berkeringat seperti hujan....

“Tuan, Anda kenapa?” Jasper langsung membangunkan Dewi, “Tabib Dewi, cepat bangun.”

Dewi dibangunkan kembali, ia sangat kesal, “Kenapa lagi?”

“Tuan tidak enak badan.” Jasper berkata dengan panik, “Cepat lihat.”

“Lukanya begitu parah, kalau dia merasa sehat itu baru anch.”

Dewi memeriksa kondisi Lorenzo, ia tidak mengatakan apapun, langsung mengambil dokumen yang sedang

dipegang oleh Lorenzo, “Jangan baca lagi, kamu harus istirahat.”

“Lancang)” Lorenzo mengerutkan kening.

“Percuma memelototiku, sekarang kamu harus berharing dan istirahat, kalau tidak, kamu bisa demam lagi.”

Dewi berkata sambil mengeluarkan kotak obat yang sudah la slapkan tadi pagi, “Minum ini!”