Bab 1997 Elang Silver
Denny menyeret Dewi naik ke pesawat, seluruh orang yang ada di dalam pesawat ketakutan, para penumpang
berteriak, dan pramugari pun ketakutan hingga pucat.
“Lepas landas dengan normal, cepat!!” Denny berteriak marah.
“Tuan, Kalau Anda begini, kami tidak berani lepas landas.” Polisi udara itu berkata dengan gemetar, “Polisi akan
segera datang, Anda lebih baik....”
Polisi udara belum selesai berbicara, dia sudah ketakutan dengan tatapan dingin Denny.
“Kalau kamu punya dendam pribadi, lebih baik turun dan selesaikan dulu.” Kata seorang penumpang dengan
hati-hati, “Jangan melibatkan kami
“Benar!”
“Diam!” Denny langsung menembak kaki petugas polisi udara itu, “Lepas landas segera, atau aku bunuh kamu.”
“Aaa...” Polisi udara jatuh ke lantai, dan berteriak dengan keras.
Orang lain juga berteriak ketakutan.
Dalam sekejap, di dalam kabin
pun
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
kacau.
Ketua Pramugari segera bergegas memberitahu kapten, kapten tidak punya pilihan lain, ia pun bersiap untuk
lepas landas.
“Kamu sembarangan membunuh orang yang tidak bersalah, apa kamu tidak merasa bersalah pada Tania?”
Dewi melihat polisi udara yang terluka, kemudian melihat penumpang di sekeliling yang ketakutan, diantaranya
ada beberapa anak-anak, meringkuk dalam pelukan ibunya, gemetar ketakutan, menangis tanpa berani
mengeluarkan suara.
“Diam!” Denny menekannya duduk di kursi, “Aku beri tahu, lebih baik kamu bersikap baik, kalau tidak, anak-
anak yang ada di panti asuhan itu akan dikubur bersamamu.”
Dewi menyipitkan mata dan menatapnya dengan dingin.
Dia mengepal tinju di tangannya, tapi dia menahan diri untuk tidak emosi.
Denny berhasil melewati pemeriksaan keamanan dengan membawa pistol, berarti dia dapat memerintahkan
kaki tangannya untuk meledakkan panti asuhan di Swedoland dari jarak jauh...
Dewi sekarang tidak memiliki cara untuk menghubungi Bibi Lauren, jadi dia tidak berani
bertindak gegabah.
Seorang pramugara menatap Denny dengan hati-hati, dan bertukar pandang dengan beberapa rekannya,
mencoba memanfaatkan kesempatan untuk membujuknya.
Mereka merasa, Pistol mini yang ada ditangan Denny, harusnya tidak memiliki banyak peluru di dalamnya, jadi
tingkat bahayanya tidak besar.
“Jangan mengira aku hanya punya satu pistol, dan kalian tidak merasa terancam.”
Denny sepertinya mengerti segalanya, dia mengeluarkan tas dari tanganya, di dalamnya terdapat berbagai
bahan, sebentar saja dia bisa merakitnya menjadi bom, dia pun menyeringai
“Bom ini. cukup untuk meledakkan satu pesawat, kalau terjadi sesuatu padaku, kalian semua akan ikut mati
bersamaku!”
Wajah pramugara itu seketika berubah menjadi pucat, tidak berani sembarang bergerak lagi.
Penumpang lain bahkan tidak berani bernapas.
Pesawat akhirnya lepas landas, sekarang mulai siap terbang.
Dewi mengerutkan kening, hatinya cemas sejenak, apa dia benar-benar akan ke Richie bersama. Denny???
Tentu saja, sampai di sana baru melarikan diri juga bisa, paling tidak dalam waktu yang panjang ini, Bibi Lauren
seharusnya sudah menemukan beberapa bom itu. Anak-anak di panti asuhan juga seharusnya sudah terlepas
dari bahaya....
Tapi, jika seperti ini, maka akan melewatkan waktu operasi.
Gurunya tidak mudah turun bukit, dia belum tentu akan menunggunya di Kota Bunaken.
Dewi yang merasakan pesawat berjalan semakin kencang, hatinya menjadi sangat cemas.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Denny menyipitkan matanya, dia merasa, selama pesawat tiba dengan lancar di Richie, Dewi tidak akan bisa
lepas dari genggaman tangannya....
Tapi, saat pesawat hendak lepas landas, tiba-tiba kembali berhenti.
Semua orang di pesawat menjadi sangat bingung, melihat keluar jendela, tidak tahu apakah polisi. datang, atau
kapten ingin memperlakukan mereka, seolah-olah mereka sudah mati.
Semua orang sangat khawatir....
“Apa yang terjadi?” Denny berteriak marah, “Kenapa tidak terbang? Kalian tidak ingin hidup lagi???”
Mengatakan hal itu, dia mengangkat senjatanya dan bergegas masuk ke ruang kemudi ....
“Anda tidak boleh masuk....”
Seorang pramugari ingin menghentikannya, tapi dia di dorong jatuh ke lantai.
Denny bergegas masuk ke dalam ruang kemudi dan hendak mengancam kapten, tetapi melihat pemandangan
di depan matanya, dia tertegun....
Di depan, sebuah pesawat pribadi berwarna silver berhenti di depan pesawat mereka, seperti elang yang gagah!
“Pesawat ini baru saja mendarat dan berhenti di depan kita, kita tidak bisa lepas landas!”
Jelas sang kapten.
Denny menyipitkan matanya, menatapnya dengan seksama, lalu terkejut, “Ini adalah pesawat pribadi milik
keluarga Moore!!!”