Bab 2052 Mengajarkan
“Ada, tapi kami hanya bertengkar.” Memikirkan ini, Dewi langsung marah, “Bukanya datang sendiri dan minta
maaf, dia malah minta bawahan untuk membujukku, benar-benar tidak tulus.”
“Lalu, apa rencanamu?” tanya bibi Lauren.
“Rencana?” Dewi tercengang oleh pertanyaan itu, dia tidak pernah memikirkan pertanyaan ini sebelumnya.
“Selama bertahun-tahun, aku telah mengajarimu banyak hal, tapi bibi tidak mengajarimu bagaimana cara
menangani perasaan. Kamu selalu berpikir bahwa kamu masih muda, tapi sebentar lagi kamu akan berusia 21
tahun, tanpa di sadari, kamu akan jatuh cinta....”
Bibi Lauren akhir-akhir ini merasakan sesuatu, sepertinya dia ingin memberikan Dewi semua hal yang telah dia
pelajari sepanjang hidupnya.
“Masalah perasaan, biarkan berjalan dengan sendirinya saja.” Dewi tidak peduli.
“Memang benar semua akan berjalan dengan sendirinya, tapi kalau kamu memahami beberapa prinsip, kamu
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtakan terhindar dari berbagai masalah.” Bibi Lauren bertanya dengan sungguh- sungguh, “Dewi, kamu harus
memahami hatimu lebih dulu, kamu menyukai Lorenzo atau tidak, apa kamu yakin ingin bersamanya?”
“Suka.”
Menghadapi pertanyaan pertama, Dewi menjawabnya tanpa ragu, tetapi untuk pertanyaan kedua, dia sedikit
ragu.
“Awalnya, aku mengumpulkan banyak keberanian dan memutuskan untuk bersamanya, tapi sekarang dia
terjerat dengan wanita lain, jadi aku tidak yakin
“Di dunia ini, ada banyak hal yang tidak diketahui.” Bibi Lauren berkata dengan sungguh- sungguh, “Ada
pepatah, kita boleh berencana, tapi Tuhan yang memutuskan. Oleh karena itu, ketika kita menghadapi masalah,
kita harus belajar menjadi kuat dan berani.”
“lya.” Dewi mendengarkan dengan serius, tetapi pada saat ini, dia tidak merasakan hal yang sama, karena dia
belum pernah mengalami hal-hal ini sebelumnya.
“Tidak peduli itu perasaan atau hal lain, hal pertama yang harus kita hadapi adalah sebuah pilihan, memilih
jalan yang benar, kemudian bergerak maju dengan berani dan tegas.
Kalau menemui kesulitan, maka kita harus menemukan cara untuk menyelesaikannya, tidak boleh membiarkan
masalah menjadi hambatan untuk diri sendiri, dan tidak boleh membiarkan orang lain menghancurkannya.
Tentu saja, kalau kamu benar-benar yakin bahwa jalan ini salah, kamu harus cepat kembali dan
menghentikannya....”
Bibi Lauren masih berdebat dengan Dewi, kemudian dia berhenti sejenak, lalu bertanya. “Jadi, yang harus kamu
perjelas sekarang adalah, apa kamu ingin melepaskan Lorenzo?”
“Melepaskan?” Dewi tertegun sejenak. Meskipun dia marah padanya, tapi dia tidak pernah berpikir untuk benar-
benar menyerah.
“Karena kamu tidak ingin melepaskannya, maka berikan dia kesempatan untuk menjelaskan, atau kamu
tanyakan sendiri, jangan emosi.” Bibi Lauren mengajarinya dengan sungguh-sungguh, “Hidup tidak dapat
diprediksi, dan kamu harus menghargainya saat kamu memilikinya!”
“Tapi, dia tidak menghargainya....” Dewi merasa sedih, “Dia yang bersikeras ingin menikahiku, tapi dalam
sekejap, dia terjerat dengan wanita lain dan membuatku emosi. Dia tidak menjelaskannya dengan baik dan tidak
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmdatang menemuiku.”
“Itu salahnya sendiri, kalau dia tidak menghargaimu. Kamu tetap melakukan apa yang seharusnya kamu
lakukan. Bahkan kalau kamu benar-benar putus, kamu tidak akan menyesal.” Bibi Lauren berkata sambil
tersenyum, “Tapi, kalau kamu kehilangan hubungan ini karena salahmu sendiri, kalau dikemudian hari kamu
mengingatnya, kamu akan menyesalinya.”
Mendengar kata-kata ini, Dewi jadi terdiam. Mungkin, dia harus memberi Lorenzo satu kesempatan untuk
menjelaskan, dan mendengarkan dengan baik apa yang akan dia katakan....
“Dan juga.” Bibi Lauren mengingatkan dengan sungguh-sungguh, “Meskipun aku tidak setuju kamu mengobati
Pangeran Willy, tapi kamu bilang dia adalah temanmu dan kamu tidak bisa mengabaikannya begitu saja, jadi
bibi mendukungmu.
Tapi, kalau kamu ingin bersama Lorenzo, kamu harus menjaga jarak dengan Pangeran Willy. Kalau tidak, kalau
terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak di masa depan, itu akan sangat merepotkan.”
“Aku dan Willy hanya teman baik.” Dewi menjelaskan.
“Kamu menganggapnya sebagai teman, lalu dia?” Bibi Lauren bertanya balik, “Meskipun aku belum pernah
melihatnya, tapi melihat kamu pulang membawa camilan dan sebuket bunga setiap hari, ini semua sudah cukup
menunjukkan ketulusan hatinya....”