Bab 2205 Menyembunyikan
Dewi berpikir mungkin Lorenzo ada di ruang kerja, maka dia pun memakai baju luarnya dan pergi mencari pria
itu.
Membuka pintu kamar, pelayan yang menunggu di luar buru-buru menunduk untuk memberi hormat, “Nona
Dewi!”
“Apa Lorenzo ada di ruang kerja?” Dewi bertanya pelan.
“Ini...” Pelayan wanita itu menundukkan kepala, tidak berani bicara.
Dewi tidak banyak bicara, langsung berjalan ke ruang kerja dan membuka pintunya. Ruangan itu sangat gelap.
Dewi pun menyalakan lampu, ternyata tidak ada siapa-siapa di dalamnya.
Tiba-tiba, dia menyadari ada yang tidak beres, maka buru-buru berteriak, “Pengawal!”
“Ya.” Sonny naik, “Nona Dewi!”
“Di mana Lorenzo?” Dewi bertanya dengan panik.
“Tuan...”
“Tuan pergi ke Negara Maple.” Jeff berjalan masuk dari luar, “Tadi baru naik pesawat pribadi.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Lorenzo pergi ke Negara Maple?” Dewi membelalakkan matanya karena terkejut, “Kapan?”
Selesai bertanya, dia tertegun lagi, “Tadi baru naik pesawat pribadi, itu berarti dia sudah pergi satu jam lebih
Belum selesai bicara, dia sudah emosi, “Berengsek, tidak disangka dia pergi selagi aku masih tidur. Baru pulang,
dia sudah pergi ke Negara Maple. Sebenarnya, dia mau apa?”
“Nona Dewi, jangan marah.” Sonny buru-buru menghibur, “Tuan pergi ke sana karena ada masalah yang harus
diurus.”
“Benar, Tuan pergi karena pekerjaan.” Jeff menjelaskan.
Setelah berpikir, Dewi juga merasa ini masuk akal. Lorenzo adalah orang sibuk, tidak mungkin menemaninya
setiap hari. Selain itu, sebelumnya dalam perjalanan pulang di pesawat pribadi, Lorenzo terus sibuk menjawab
telepon, seharusnya ada masalah yang terjadi.
“Dia sibuk karena pekerjaan, aku bisa mengerti. Kalau begitu, hanya perlu beri tahu aku. Kenapa harus pergi
diam-diam?” Dewi merasa marah dan getir, “Apa tidak bisa berpamitan baik-baik?”
“Mungkin Tuan takut Nona marah.” Jeff berkata dengan pelan.
“Kalau begitu, kapan dia pulang?” Dewi bertanya dengan cemas, “Apa dia bilang?”
“Tidak, ini masih belum dipastikan.” Jeff menjelaskan, “Setelah urusannya selesai, Tuan akan pulang.”
Dewi tak bisa berkata-kata, sungguh tidak ada gunanya bertanya. Lebih baik jangan mempersulit mereka lagi.
Dia
pun
kembali ke kamarnya dengan emosi, lalu duduk di sofa.
Di luar. Jeff berpesan pada pelayan wanita untuk mengawasi Dewi dengan baik, lalu pergi melanjutkan
kesibukannya.
Dewi hendak mencoba menelepon Lorenzo, berpikir mungkin sekarang pesawat pribadi pria itu masih belum
terbang.
Namun, telepon tidak tersambung, kelihatannya sudah terbang.
Dewi pun mengirimkan pesan, “Kalau baca pesan ini, hubungi aku!”
Dia meletakkan ponselnya dan berbaring di ranjang. Semakin dipikirkan, dia semakin marah. Beberapa jam
sebelumnya, mereka masih berhubungan mesra di ranjang ini. Sekarang pria itu. sudah pergi.
Pergi diam-diam tanpa berpamitan.
Dia merasa sangat getir.
Di dalam pesawat pribadi.
Lorenzo sedang membaca dokumen. Jasper menuangkan segelas teh hangat untuknya, “Anda sungguh bersusah
payah. Bolak balik seperti ini, bahkan tidak sempat makan di rumah.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Kenapa kamu begitu cerewet seperti wanita?”
Lorenzo memelototi Jasper.
Jasper buru-buru tutup mulut, tidak berani bicara lagi.
“Oh vya....
“Tiba-tiba Lorenzo bertanya, “Bagaimana pemulihan luka Bibi Lauren?”
“Hari ini Jeff Sudah tanya pada orang di Kota Bunaken. Katanya, sudah siuman dan masih istirahat di ranjang,”
jawab Jasper.
“Kalau sudah siuman, berarti tidak ada masalah besar. Kirim orang untuk menjemputnya ke Kota Snowy.”
Lorenzo berpesan, “Dewi seorang diri di rumah, tidak ada yang menemani, pasti akan berpikir sembarangan.
Kalau Bibi Lauren datang, dia pun ada teman.”
“Baik, aku akan menelepon Jeff.”
Jasper langsung menyalakan ponselnya, lalu menyambungkannya dengan intedi pesawat.
Lorenzo lanjut membaca dokumen, tapi pikirkannya penuh dengan Dewi. Tiba-tiba dia teringat satu masalah,
maka berpesan lagi, “Kamu beri tahu Jeff si bodoh itu, jangan beri tahu Dewi kalau aku pergi ke Negara Maple
bersama Juliana. Kalau tidak, Dewi akan ribut lagi.”
“Baik.” Jasper buru-buru menyampaikan hal itu pada Jeff.
“Aku tahu, kalian tenang saja. Selain itu, aku bukan orang bodoh.”