Bab 2220 Tamu
Beberapa hari berikutnya sangat tenang.
Dewi mengatur waktu dengan baik. Setiap pagi dia pergi Istana Presiden untuk mengobati Tamara. Saat sore, dia
pun mengobati Willy.
Beberapa hari ini, Jeff dan Mina terus menemani Dewi.
Jeff adalah bawahan terpercaya Lorenzo, statusnya sangat tinggi. Nyonya Presiden pun harus bersikap hormat,
tidak berani bersikap tidak sopan.
Mina terus berada di sisi Dewi bagaikan seorang asisten. Dia sibuk membantu, saat bersamaan juga diam-diam
memperhatikan sekeliling.
Empat hari sudah berlalu...
Kondisi penyakit Tamara sudah sepenuhnya stabil.
Dewi punya cara untuk menghadapi pasien semacam ini. Setiap kali Tamara sadarkan diri, baru saja dia mau
menggila, Dewi sudah menusukkan jarum akupunktur dan membuatnya lanjut tidur.
Dengan hati-hati, Nyonya Presiden bertanya apa hal ini bisa memengaruhi tubuh Tamara.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Dewi berkata, “Sedikit banyak bisa memengaruhi. Terus tidur tanpa asupan makanan, tubuh bisa jadi sangat
lemah. Hanya bisa bergantung pada cairan infus. Tapi, begini lebih baik daripada penyakitnya kambuh, kan?”
“Uh
Nyonya Presiden tidak bisa membalas kata-kata itu.
“Nyonya, mari kita bicara di luar.
“Baik.”
Dewi dan Nyonya Presiden masuk ke ruang kerja.
Dewi langsung bicara terus terang, “Kondisi Tamara sudah masuk masa stabil. Sekarang cukup minta dokter
spesialis yang melanjutkan pengobatan.”
“Maksudmu, kamu sudah tidak mau mengobati Tamara lagi?” Nyonya Presiden bertanya, “Apa terlalu lelah? Oh
ya, aku belum membicarakan masalah bayaran padamu. Perlu berapa? Aku akan segera menulis cek untukmu.”
“Bukan masalah ini.” Dewi berkata, “Alasan utamanya adalah setiap hari aku datang ke Istana Presiden dengan
membawa banyak orang seperti ini, itu tidak terlalu leluasa. Selain itu, sepertinya setiap melihatku, Nona
Tamara akan semakin emosi. Begini akan memengaruhi
1/3
kondisi penyakitnya.”
“Sekarang kondisi emosional Tamara tidak stabil. Dia selalu seperti itu ke semua dokter, bukan hanya
terhadapmu.” Nyonya Presiden menjelaskan. “Tapi, setiap hari kamu bolak-balik datang kemari, itu memang
sungguh menyusahkan. Aku akan secepatnya mencari dokter spesialis. Sebelum dokter itu datang, bisakah
merepotkanmu selama dua hari lagi?”
“Baik.” Dewi menjawab dengan lugas, “Kalau tidak ada apa-apa lagi, aku pergi dulu.”
“Aku antar kamu keluar.”
Nyonya Presiden mengantar Dewi keluar. Jeff menunggu di depan pintu, sedangkan Mina mengikuti dari
belakang sambil membawa kotak medis. Dia menyadari beberapa hari ini Nyonya Presiden tidak berbuat apa-
apa, seolah-olah semua hal yang terjadi sebelumnya hanya dugaan mereka saja.
Mungkinkah mereka sungguh salah paham terhadap Nyonya Presiden?
Dewi naik ke mobil dan melambaikan tangan pada Nyonya Presiden.
Mina duduk di samping Dewi. Melihat Nyonya Presiden tersenyum hangat, sungguh tidak seperti orang yang
jahat. Mungkinkah dirinya salah paham?
Mobil perlahan-lahan melaju pergi. Jeff bertanya, “Nona Dewi, apa akan terus mengobati Nona
Tamara?”
“Tidal perlu, aku sudah bicara dengan Nyonya Presiden, minta dia mencari dokter spesialis untuk
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmeneruskannya.” Dewi berkata, “Dia sedang mengaturnya. Tapi, sebelum dokter baru itu datang, aku masih
harus bantu menjaganya.”
“Sebagai istri Presiden, apa sulit mencari seorang dokter?” Mina berkata, “Langsung utus dokter terbaik di
negara ini saja.”
“Seharusnya dia tahu bagaimana harus mengaturnya.” Dewi tidak terlalu peduli, “Oh ya, Jeff, kapan Lorenzo
kembali? Dia sudah pergi berhari-hari.”
“Seharusnya sebentar lagi” Jeff berkata, “Besok sore ada sebuah rapat penting. Seharusnya Tuan akan pulang
untuk menghadirinya. Besok Presiden juga akan memimpin rapat itu.”
“Oh.” Dewi merespons seadanya. Dia bersandar dengan lelah di kursi sambil melihat ponselnya.
“Masih ada satu hal lagi.” Jeff lanjut bicara, “Hari ini akan kedatangan tamu baru di rumah.”
“Tamu Siapa?” Dewi bertanya dengan penasaran, “Apa aku kenal?”
“Tentu saja kenal. Nanti Nona akan tahu.” Jeff berkata dengan misterius.
“Hei, kamu membuatku penasaran.” Dewi semakin penasaran.
Dengan cepat, mobil sudah kembali ke rumah. Dari jauh, Dewi sudah melihat sebuah mobil. Saat
dia merasa kebingungan, dua perawat wanita turun dari mobil sambil memapah seseorang.