Bab 607
Begitu dia tiba di rumah, Tracy merasa agak tidak tenang, meskipun Daniel telah meyakinkannya lagi
dan lagi, tapi dia tetap tidak berani menghadapi Tuan Besar.
Saat pertama kali bertemu dengan Tuan Besar, dia sangat bangga dan percaya diri, karena saat itu dia
tidak terikat dengan Daniel dan bahkan ingin menyingkirkannya.
Tapi, sekarang berbeda. Dia ingin menikah dengan Daniel dan berharap Tuan Besar bisa
incnerimanya, karena hatinya sudah ada ckspektasi, maka kelemalian pun muncul...
“Naiklah ke atas dan istirahat.”
Daniel hendak mengantar Tracy naik ke atas, tiba–tiba terdengar suara mobil dari luar.
Pengawal buru–buru datang untuk mclaporkan: “Tuan Daniel, Tuan Besar sudah datang!”
Tuan Besar keluar dari rumah sakit dan tidak kembali ke rumahnya. Sebaliknya, dia langsung pergi ke
rumah Daniel. Dia datang ke sini sebelum anak–anak pulang sekolah. Sangat terlihat jelas, dia ingin
berbicara baik–baik dengan Daniel dan Tracy.
Tracy tiba–tiba menjadi gugup dan bahkan panik, entah harus berbuat apa.
“Jangan khawatir, ada aku.” Daniel membawanya keluar.
Semua pengawal dan pelayan berbaris rapi dan teratur dalam dua barisan. Bibi Juni sedang
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmembereskan koper di kamar, tapi ketika melihat semua orang bergegas keluar untuk menyambut, dia
juga mengikuti mereka. Ketika dia mengetahui bahwa Tuan Besar yang datang, wajahnya berubah
menjadi serius.
Dia tahu, jika nonanya ingin menikah dengan keluarga Wallance dengan lancar, dia harus mendapat
restu dari Tuan Besar dulu.
Daniel sendiri yang melangkah maju untuk membuka pintu mobil dan memapah Tuan Besar keluar dari
mobil.
Para pengawal mendorong kursi roda,
Daniel memapah Tuan Besar duduk, memandangi kaki kaku Tuan Besar, dia tidak bisa menahan
kerutan di dahinya: “Kakinya belum sembuli, sepertinya perlu melakukan perawatan lagi untuk
sementara waktu.”
“Jika kamu di sini untuk membuatku marah, tidak ada gunanya perawatan,” kata Tuan Besar dengan
marah.”
“... Daniel mengangkat bahu, lalu mendorong kursi roda Tuan Besar masuk ke dalam rumah, tanpa
mengucapkan sepatah kata pun
Tuan Besar menatap Tracy dengan tatapan sedingin es.
“Halo kakek!” Tracy menyapa dengan pelan.
“Jangan sembarangan memanggil.” Tuan Besar memalingkan wajahnya dengan dingin, “Aku belum
menerimamu.”
Tracy menundukkan kepalanya dan tidak berani berbicara.
Melihat adegan ini, Bibi juni sangat cemas, dia hendak maju dan berargumen, tapi ditahan olch Tracy
Daniel melirik Tracy dan mendorong kursi roda Tuan Besar masuk ke dalam kamar.
“Kapan anak–anak pulang?” Tuan Besar melihat jam tangannya.
“Jam lima.” Daniel tahu apa yang dia maksud, “Pergi ke ruang kcrja?”
“Hm.” Tuan Besar mengangguk dengan dingin dan arogan, “Minta dia juga masuk.”
“Oke.” Daniel mengedipkan mata pada Tracy.
Tracy hanya bisa menebalkan muka dan mengikutinya, sedangkan Bibi Juni juga ingin mengikuti.
Tracy buru–buru menghentikannya: “Bibi Juni sudah Iclah, kembalilah ke kamar dan istirahat.”
“Nona, Tuan Besar begitu galak, dia tidak akan menindasmu, kan?” Bibi Juni sangat khawatir.
III
“Tidak akan, ada Daniel di sini.” Tracy tersenyum, “Selain itu, Tuan Besar sangat menyukai ketiga
anakku, kenapa dia menindas ibu mereka?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Benar juga.” Bibi Juni mengangguk.
“Sudah lama tidak bertemu dengan anak–anak. Nanti setelah mereka pulang, mereka pasti akan
mengganggu bibi, jadi bibi istirahat saja dulu agar ada tenaga. “Tracy membujuknya.
“Oke, kalau begitu aku akan membereskan koper, lalu tidur.” Bibi Juni mengangguk sambil tersenyum,
“Nona harus percaya diri, nona punya tiga anak, jangan takut.”
“Mengerti.”
Setelah Tracy menenangkan Bibi Juni, dia datang ke ruang kerja di lantai pertama.
Daniel dan Sanjaya memapah Tuan Besar duduk di sofa, Bibi Riana menyeduh tch premium dan
menyiapkan kue dan minuman, lalu melangkah mundur.
Di pintu, Ryan dan Thomas menunggu dengan tenang.
Sanjaya berdiri di belakang Tuan Besar dan siap mclayani kapan saja.
Daniel meminta Tracy untuk duduk di sofa di sebrang Tuan Besar.
Daniel malah sangat santai dan bahkan mengangkat kakinya dengan santai.
Sedangkan Tracy duduk tegak, seperti anak kecil yang siap mendengarkan pelajaran. /
Tuan Besar menyesap teh dan akhirnya berkata: “Kamu benar–benar keras kopala, bertindak dulu
baru membicarakannya. Mengirim undangan pernikahan ke kerabat dan teman, tanpa izinku!