Bab 885
Daniel sangat tidak berdaya. Sekarang Tracy tidak akan mendengarkan apa pun yang ia bicarakan.
la tahu, Tracy sudah mengalami krisis kepercayaan terhadapnya. Tidak bisa diubah hanya melalui
ucapannya.
Sebenarnya ia tidak pernah suka menjelaskan menggunakan kata–kata, tetapi sekarang ia sangat
cenas.....
Daniel tidak lagi mengganggunya ketika memikirkan hal ini. Ia hanya menjaga anak–anak dari samping
dengan hening. Kadang kala menyelimuti mereka dengan baik dan meraba kening mereka.
Postur tidur Carles yang paling teratur. Ia membalikkan badan dan hampir jatuh ke bawah.
Daniel lekas menggunakan kakinya menghalangi di tepi ranjang. Ketika ia sudah tertidur nyenyak,
Daniel baru membalikkan tubuhnya lagi. Dengan begini, tidak akan membangunkannya.
Kemudian, Carla tiba–tiba mengigau menangis.
Tracy mengira ia sudah bangun. Ia lekas maju, tetapi Daniel melakukan gestur langan ‘shh‘.
memintanya untuk tenang. Lalu, meletakkan bantal kecil dalam pelukan Carla.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtCarla tidak menangis lagi. Ia memeluk bantal kecil dan lanjut tidur.
Tubuh Carlos tiba–tiba bergidik, tampaknya sedang bermimpi buruk.
Daniel menepuk pundaknya dengan lembut, Carlos langsung tenang kembali...
Kcuka melihat semua ini, Tracy hanya terdiam. Jika mengecualikan masalah dendam, sebenarnya
Daniel adalah ayah yang baik....
Daniel baru saja hendak duduk ketika tak mudah menidurkan anak-anak. Ponselnya tiba–liba bergetar,
ia lekas berjalan ke luar menerima telepon, “Paman Sanjaya, ada apa?”
“Aku segera ke sana!
Setelah menutup telepon, Daniel memberi isyarat tangan kepada Ryan, lalu ia kembali ke kamar dan
berkata kepada Tracy, Mereka sekarang sudah tidur nyenyak, tidak akan bangun sampai pagi. Kamu
istiraliaulah dengan tenang.”
Tracy sedingin es, sama sekali tidak menghiraukannya.
“Aku pergi dulu.” Daniel mengernyitkan kening, berbalik badan dan pergi.
www Ketika mendengar suara pintu ditutup, Tracy baru menoleh kepala melihat pintu yang ditutup
w rapat. Ketika mendengar langkah kaki di luar, ia tahu Daniel sudah membawa orangnya pergi.
la melihat anak–anak di ranjang dan mulai merenung....
Setelah beberapa saat, tatapannya kembali tegang. Ia mcnclepon, “Panggil Pengacara Joey kemari.”
“Baik.”
Danicl pergi meninggalkan rumah sakit.
Lily mengantarkan mereka ke bawah, lalu melaporkan kondisi anak–anak dengan rinci, serta tak lupa
menambahkan, “Anda jangan cemas. Dilihat dari keadaan sekarang, demam anak–anak pasti turun
pada pagi hari nanti.”
“Dia tidak punya dokter anak terpercaya, scharusnya akan memintamu menjaga anak–anak. Kamu
jaga mereka dengan baik, kabari aku kapan pun” perintah Daniel.
“Baik.” Lily menganggukkan kepala. Daniel naik mobil, tidak pulang ke rumah, melainkan memerintah
Hariono, “Pergi ke Rumah Sakit Prima.”
“Baik.” Mobil melaju menuju Rumah Sakit Prima.
Ryan bertanya dengan cemas, “Tuan Daniel, apakah terjadi sesuatu dengan Tuan besar?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Ia sudah sadarkan diri.” Ekspresi suram Danicl sclama beberapa hari ini, akhirnya telah membaik
sedikit.
“Tuan besar sudah sadarkan diri? Bagus sekali” Ryan ikut senang.
“Beberapa hari ini harus lebih waspada, jangan sampai Devina punya kesempatan.” perintah Daniel.
“Baik. Anda tenang saja.” Thomas menganggukkan kepala, “Sekarang ‘Tuan muda dan Tuan putri
scdang bersama Nona Tracy. Orang yang bisa kita gunakan lebih banyak, aku sudah memindahkan
pengawal di rumah ke rumah sakit.”
“Ya.” Daniel mendesah, “Berarti dia inembawa anak–anak pergi untuk sementara adalah hal baik.”
“Saya hanya khawatir, ia langsung membawa anak–anak ke Negara Imron, lalu kita sulit melacak
anak–anak....” ceplos Thomas.
“.....” Ryan memelototinya dengan kasar, “Bagaimana mungkin? Nona Tracy bukan orang seperti itu.”
“Mungkin ia bisa melakukannya.” Daniel mengernyitkan kening, “Tapi, dia tidak akan melakukan itu.
Aku rasa Lorenzo Moorc mungkin tidak akan menolerir tiga anak ini...”
“Kalau begitu, bukankah lebih bahaya jika anak–anak bersama dengan Nona Tracy?” tanya Ryan
dengan cemas.
“Untuk saat ini belum.” Danici melihat waktu, Tapi, lebih baik secepatnya menjemput anak–anak
kembali….”