Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar Bab 1170
Bab 1170
Suara panik para pelayan segera terdengar dari luar, “Nyonya Besar Louis datang
i juar, Nyonya Besar Louis datang, cepat turun ke bawah untuk menyambutnya.”
Tracy terkejut, Ternyata itu adalah ibunya Duke, Nyonya Besar Louis, Maggie.
“Tok! Tok!” terdengar ketukan di pintu.
“Masuk!” jawab Tracy.
Naomi bergegas masuk dan melaporkan, “Nona Tracy, Nyonya Besar Louis datang ke sini. Apa kita
juga harus turun untuk menyambutnya?”
“Apa anak–anak sudah tidur?”
Tracy melihat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan.
“Carla dan ketiga anak itu sudah tertidur. Carlos masih membaca buku.” jawab Naomi.
“Jangan membangunkan mereka.” Tracy menginstruksikan, “Kamu dan Paula ikut turun denganku.
Yang lainnya tetap mengawasi anak–anak. Besok pagi saja, anak–anak baru menyapa Nyonya Besar
Louis.”
“Baik.” Naomi bergegas turun.
Setelah Tracy selesai mengganti pakaiannya. Naomi dan Paula sudah menunggunya di depan pintu. Ia
pun turun bersama mereka ke lantai bawah.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Tepat saat itu juga, Duke dari luar masuk ke dalam rumah bersama ibunya, diikuti oleh belasan orang
yang membawa belasan buah koper dengan berbagai macam ukuran.
Kelompok rombongan itu begitu besar.
“Tracy, ini Ibu–ku.” Duke memperkenalkannya pada Tracy, “Ibu, ini Tracy.”
“Salam kenal, Nyonya Besar Louis.” Tracy melangkah maju untuk memberi hormat padanya.
“Kamu lebih cantik daripada di foto!” Nyonya Besar Louis menatap Tracy dengan gembira, “Aku sudah
tak sabar untuk bertemu denganmu. Setelah mengetahui kamu ada di sini, aku segera mendesak
Duke dan Tuan Besar Fincent untuk mengatur pertemuan kita.”
“Tapi mereka memberitahuku kalau kamu sedang menjalani pengobatan, sebaiknya menunggu
pengobatanmu selesai baru bertemu denganmu. Aku sudah tidak sabar menunggu, jadi aku datang ke
sini!”
“Nyonya Besar terlalu merendah, seharusnya aku yang pergi mengunjungimu.” Tracy menjelaskan
dengan sopan, “Aku hanya takut mengganggu Nyonya Besar, jadi aku merasa
sebaiknya mengunjungi Nyonya setelah selesai menjalani pengobatan.”
“Tidak masalah, tidak masalah. Tidak penting siapa yang datang duluan. Kita semua keluarga.” Maggie
memegang tangan Tracy dengan ramah, lalu menatapnya dari atas ke bawah, “Putraku
benar–benar memiliki selera yang tinggi! Sekali melihatmu, aku langsung menyukaimu!”
“Haha, aku sudah bilang, Ibu pasti akan menyukai Tracy.”
Duke begitu gembira, dan segera menyuruh pelayan menyiapkan camilan malam untuk menyambut
ibunya.
Maggie segera menghentikannya: “Ini sudah malam, jangan bangunkan anak–anak. Setelah aku
mandi dan berganti pakaian, mari kita mengobrol dan minum kopi di ruang kerja.”
“Baiklah.” Duke segera menganggukkan kepalanya, lalu segera menyuruh orang menyiapkan kopi dan
makanan ringan.
“Kamu sudah dewasa, sudah harus lebih bijaksana.” Maggie menepuk–nepuk tangan putranya,
“Sekarang yang harus kamu utamakan adalah anak–anak.”
“Ibu sedang mengajariku.” Duke menatap Tracy sambil tersenyum lebar.
II
V
“Terima kasih, Nyonya Besar Louis.”
Tracy begitu bersyukur. Sebelumnya ia mengira kalau calon ibu mertuanya yang terlahir dalam
keluarga bangsawan ini adalah seseorang yang keras dan licik. Namun tidak disangka, ternyata ia
seseorang yang ramah dan rendah hati, serta begitu memerhatikan anak–anak.
“Tunggu, ya. Aku naik ke atas beres–beres dulu.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmMaggie pun melangkah naik ke lantai atas.
Seorang gadis dengan penampilan yang elegan seperti seorang bangsawan dengan cepat
mengikutinya, “Bibi, aku akan membantumu.”
Saat berpapasan dengan Tracy, gadis itu dengan hormat membungkuk menyapanya
“Oh iya, Tracy, aku lupa memperkenalkannya. Ini adalah sepupuku, Tamara.” Duke bergegas
memperkenalkannya pada Tracy, “Tamara dalam dua tahun ini tinggal bersama ibuku. Ia begitu ahli
dalam bidang medis, dan asisten terbaik Ibuku.”
“Halo, Nona Tracy,” Tamara sekali lagi menyapanya. Sikapnya begitu rendah hati.
“Halo.”
Tracy tersenyum menatapnya. Benar–benar tipikal seorang wanita Perancis, tidak hanya memiliki
wajah yang cantik, namun juga memiliki keindahan tubuh yang tidak dimiliki orang Asia. Sepasang
matanya berwarna biru, memancarkan kecerdasannya.
“Tamara, kelak kamu harus memanggil Tracy dengan sebutan Kakak Ipar.” kata Maggie sambil
tersenyum.
“Baik,” Tamara membungkukkan badannya dan menundukkan kepalanya, bibirnya tersenyum, dengan
sempurna memberikan salam layaknya anggota kerajaan.
“Kalau begitu, kami naik dulu.” Maggie menatap Tracy sambil tersenyum lembut, lalu
menambahkan, “Duke, kamu dan Tracy tunggu di ruang kerja, ya.”
“Baik.”