We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1992
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1992 Ledakan Lagi

Sudah larut malam di kota Bunaken.

Dewi tahu, siang hari Jeff sudah membawa Tabib Hansen turun bukit menuju kota Bunaken, sekarang ia jadi

susah tidur....

la menantikan, tapi juga merasa gugup, menantikan untuk bertemu gurunya, bagaimanapun juga, sudah lima

tahun ia tidak bertemu dengan gurunya, tidak tahu bagaimana kondisinya. sekarang.

Dan yang membuat gugup adalah, dia teringat pemberontakan dan kekeras kepalaannya pada saat itu,

membuat hati gurunya terluka, tidak tahu apa gurunya sekarang masih mengenalinya, apa gurunya akan

memarahinya atau bahkan hanya akan mengabaikannya dan pergi ketika melihatnya....

Memikirkan hal ini, Dewi merasa gelisah ....

Ketika sedang berpikir, ponselnya tiba-tiba bergetar, Dewi menerima beberapa pesan singkat dari sebuah nomor

tidak dikenal, dia membukanya dan wajahnya menjadi pucat karena terkejut...

Pesan tersebut berisikan video ledakan di panti asuhan, di dalam video itu, panti asuhan itu berantakan, banyak

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

anggota staf dan anak-anak yang terluka, anak-anak berdiri di taman bermain tanpa alas kaki, menangis

ketakutan....

Tiga pesan singkat berturut-turut, terjadi di panti asuhan Negara Swedoland, waktunya adalah satu jam yang

lalu....

Dewi segera menelepon Bibi Lauren, telepon tidak bisa tersambung, kemudian ia menelepon Paman Joshua, tapi

teleponnya juga sibuk, akhirnya dia menelepon Brandon, setelah berdering cukup lama, panggilannya akhirnya

tersambung.

“Hei, kawan.”

“Brandon, apa yang terjadi di panti asuhan?”

“Ugh, bagaimana kamu bisa tahu terjadi sesuatu di panti asuhan?” Brandon berkata tanpa berpikir, setelah itu ia

bergegas mengubah kata-katanya, “Sebenarnya tidak ada apa-apa, hanya masalah kecil, jangan khawatir...

“Ada ledakan, begitu banyak orang terluka, kamu masih bilang padaku hanya masalah kecil??” Dewi sangat

marah, “Cepat jujur padaku.”

“Ini...” Brandon sangat terkejut, “Bagaimana kamu bisa tahu terjadi ledakan? Siapa yang memberitahumu?”

“Aku menerima videonya.” Dewi berkata dengan cemas, “Terjadi di tiga panti asuhan 001 002

0037?”

“Iya.”

Brandon yang melihatnya sudah mengetahui segalanya, bahkan tahu nomor panti asuhan mana, maka peristiwa

itu sudah tidak bisa ditutupi lagi, ia hanya bisa berkata jujur.

“Malam ini terjadi ledakan lagi di tiga panti asuhan ini, ada sebagian staf yang terluka, termasuk beberapa anak-

anak, sekarang sudah diantar ke rumah sakit, kamu jangan khawatir....”

“Lagi???” Dewi seketika menangkap kata kuncinya, “Sebelumnya pernah terjadi ledakan??” “Ugh....”

“Cepat beritahu yang jelas padaku.” Dewi berteriak marah.

“Beberapa hari yang lalu sudah terjadi ledakan satu kali, saat itu hanya ada beberapa staf terluka, anak-anak

baik-baik saja, tapi kali ini

yang

Brandon berhenti sejenak, lalu bicara dengan pelan. “Tiga panti asuhan, total ada tujuh anak yang terluka, satu

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

diantaranya terluka parah. Bibi Lauren sekarang ada di rumah sakit....”

“Kenapa bisa seperti ini?” Dewi sangat panik, “Ada masalah, kenapa tidak memberitahuku??”

“Bibi Lauren dan Paman Joshua melarangku untuk memberitahumu, mereka bilang, mungkin ini adalah ulah

Denny, tujuannya adalah agar kita tidak ikut campur urusanmu, makanya kita tetap di Swedoland, tidak berani

pergi.

Hanya Paman Joshua yang pergi sekali ke Negara Maple, tapi keesokan harinya kembali lagi. Kita kira, si gila itu

tidak akan menyentuh panti asuhan lagi, tidak disangka malam ini lagi-lagi ....”

Ketika Brandon sedang berbicara, ponsel Dewi mendapatkan sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal ....

Dewi segera berkata, “Brandon, tunggu sebentar.”

Setelah berkata, dia mengganti jalur teleponnya, “Halo!”

“Keluarga Moore bisa melindungimu, tapi tidak tahu apa bisa melindungi panti asuhanmu?”

Suara Denny terdengar melalui telepon, membawa hawa dingin yang suram.

“Dasar gila!!!” Dewi berteriak marah, “Anak-anak itu tidak bersalah, kenapa kamu menyentuh mereka?”

“Ya benar, anak-anak itu tidak bersalah....” Denny berkata pelan, “Apa Tania-ku bersalah? Kalau bukan karena

kamu, mana mungkin dia mati??”